Pagi ini saya menunggu bus kota di halte dengan beberapa penumpang. Kami sibuk dengan aktivitas masing-masing. Saya mengunyah pizza keju pertama yang saya beli di negeri Paman Sam. Seorang perempuan menyembunyikan wajahnya di balik buku tebal. Dua orang Amerika Africa berjalan mondar-mandir di dekat telepon umum. Berkali-kali, tanpa kami sadari, pandangan mata kami menengok ke arah datangnya bus kota.
Saat jenuh menunggu bus, seorang laki-laki mendatangi tempat kami. Ia berpakaian dekil dengan tas besar di punggungnya. Ia membawa kue setengah loyang di tangannya.
"Apakah ada diantara kalian yang ingin menikmati kue lezat ini?"
Saya menghindari tatapan matanya dan pura-pura asyik dengan pizza yang tinggal secuil di kotak. Perempuan itu makin membenamkan diri di balik bukunya. Dua orang Amerika Afrika bicara satu sama lain.
Laki-laki pembawa kue itu belum menyadari ketidakpedulian kami. Ia meneruskan pembicaraannya sambil meminta kami melihat kue di tangannya.
"Kalau ada diantara kalian yang bisa bercerita tentang Ruth dalam Kitab Suci, kue ini akan berpindah tangan pada kalian."
Suasana sepi. Tak ada sahutan. Saya sebenarnya tahu kisahnya, tapi memilih bungkam.
Laki-laki itu nampak kecewa karena tak seorang pun sekurang-kurangnya bicara padanya. Ia lalu meninggalkan kami dan berjalan menuju halte bus selanjutnya.
Setelah ia pergi, kami menggelengkan kepala bersama, seolah hendak berkata,
"Orang sinting!"
Saya tertunduk sesudahnya. Saya ikut menolak dia.
Sources:
http://wendyusuallywanders.files.wordpress.com/2008/01/homeless-dinner.jpg
Saat jenuh menunggu bus, seorang laki-laki mendatangi tempat kami. Ia berpakaian dekil dengan tas besar di punggungnya. Ia membawa kue setengah loyang di tangannya.
"Apakah ada diantara kalian yang ingin menikmati kue lezat ini?"
Saya menghindari tatapan matanya dan pura-pura asyik dengan pizza yang tinggal secuil di kotak. Perempuan itu makin membenamkan diri di balik bukunya. Dua orang Amerika Afrika bicara satu sama lain.
Laki-laki pembawa kue itu belum menyadari ketidakpedulian kami. Ia meneruskan pembicaraannya sambil meminta kami melihat kue di tangannya.
"Kalau ada diantara kalian yang bisa bercerita tentang Ruth dalam Kitab Suci, kue ini akan berpindah tangan pada kalian."
Suasana sepi. Tak ada sahutan. Saya sebenarnya tahu kisahnya, tapi memilih bungkam.
Laki-laki itu nampak kecewa karena tak seorang pun sekurang-kurangnya bicara padanya. Ia lalu meninggalkan kami dan berjalan menuju halte bus selanjutnya.
Setelah ia pergi, kami menggelengkan kepala bersama, seolah hendak berkata,
"Orang sinting!"
Saya tertunduk sesudahnya. Saya ikut menolak dia.
Sources:
http://wendyusuallywanders.files.wordpress.com/2008/01/homeless-dinner.jpg
No comments:
Post a Comment