Hampir tengah malam kami mampir ke sebuah keluarga. Setelah beberapa kali ketukan halus, daun pintu rumah itu terbuka. Saya melihat seorang bapak berdiri setengah terhuyung-huyung. Namun ia masih mengenali saya.
"Selamat datang, Romo," sambil mempersilakan saya masuk.
Saya dengan sigap memegang lengannya ketika ia hampir saja menabrak karena kehilangan keseimbangan tubuhnya.
"Papa cuci muka dulu saja di kamar mandi," nasehat istrinya.
Terdengar aliran deras air kran di kamar mandi.
"Suami saya mulai mabuk-mabukan dalam beberapa tahun terakhir ini. Ia awalnya sekedar mampir ke bar untuk minum. Sekarang ia menimbun minuman beralkohol di rumah."
Suaminya keluar dari kamar mandi dengan wajah lebih segar.
"Tumpukan persolan membebani pundak saya beberapa tahun terakhir ini. Saya mengira alkohol akan menjadi obat penawarnya. Saya juga mengira alkohol akan memberikan kekuatan ekstra untuk menghadapinya," kisahnya.
Waktu terus merambat menuju pagi.
"Saya keliru. Kesulitan hidup makin membelit tubuh saya saat saya melarikan diri ke alkohol," tutup kisahnya.
Saya dengan sigap memegang lengannya ketika ia hampir saja menabrak karena kehilangan keseimbangan tubuhnya.
"Papa cuci muka dulu saja di kamar mandi," nasehat istrinya.
Terdengar aliran deras air kran di kamar mandi.
"Suami saya mulai mabuk-mabukan dalam beberapa tahun terakhir ini. Ia awalnya sekedar mampir ke bar untuk minum. Sekarang ia menimbun minuman beralkohol di rumah."
Suaminya keluar dari kamar mandi dengan wajah lebih segar.
"Tumpukan persolan membebani pundak saya beberapa tahun terakhir ini. Saya mengira alkohol akan menjadi obat penawarnya. Saya juga mengira alkohol akan memberikan kekuatan ekstra untuk menghadapinya," kisahnya.
Waktu terus merambat menuju pagi.
"Saya keliru. Kesulitan hidup makin membelit tubuh saya saat saya melarikan diri ke alkohol," tutup kisahnya.
No comments:
Post a Comment