Dalam perjalanan kereta api, saya mengeluarkan buku bacaan. Laki-laki di samping saya menunjukkan keinginan tahu dengan buku bacaan saya.
"Kalau boleh tahu, Saudara buku baca apa?"
Saya memperlihatkan judul bukunya.
"Politik."
"Capek dech," katanya sambil menggaruk jidatnya.
"Saya alergi politik, apalagi buku politik," akunya.
"Mengapa begitu?"
"Saya mengelola sebuah restoran. Ketidakbecusan politikus mengelola negara ini mencekik leher kami. Politikus telah kehilangan arah di negeri ini."
"Kalau boleh tahu, apa yang membuat Saudara tertarik dengan dunia politik?" korek dia ingin tahu.
"Saya ingin mengembalikan arah politik."
"Boleh pinjam buku Saudara sebentar?"
Saya memperlihatkan judul bukunya.
"Politik."
"Capek dech," katanya sambil menggaruk jidatnya.
"Saya alergi politik, apalagi buku politik," akunya.
"Mengapa begitu?"
"Saya mengelola sebuah restoran. Ketidakbecusan politikus mengelola negara ini mencekik leher kami. Politikus telah kehilangan arah di negeri ini."
"Kalau boleh tahu, apa yang membuat Saudara tertarik dengan dunia politik?" korek dia ingin tahu.
"Saya ingin mengembalikan arah politik."
"Boleh pinjam buku Saudara sebentar?"
Sumber dokumentasi:
http://www.carboncommentary.com/wp-includes/images/hillary-clinton.jpg
No comments:
Post a Comment