Suatu ketika seorang dokter mengunjungi seorang pasien yang dirujuk rumah sakit lain kepadanya.
“Dokter yang pernah merawat saya menasehati saya untuk berdoa.”
“Nasehat baik. Ia menyampaikan alasannya?”
“Perawatan medis hampir mustahil menyembuhkan penyakit saya.”
Dokter yang mendekati usia pensiun itu menggenggam pasien barunya.
“Saudariku, doa bukan rujukan terakhir.”
“Dokter percaya akan kuasa doa?”
“Doa seringkali tidak mengubah penyakit, tetapi mengubah penderita yang sakit.”
“Maksudnya?”
“Doa menjadi saat bagi saya untuk rendah hati sebagai ciptaan dan untuk mengalami rahmat Pencipta.”[1]
[1] Disadur dari Rachel Naomi Remen, M.D. dalam Kitchen Table Wisdom: Stories that Heal, Foreword by Dean Ornish, M.D. (New York: Riverhead Books, 1996), 271 – 273.
No comments:
Post a Comment