Kuasa Kata: Menyapa

Saya pada awalnya mendesain blog ini sebagai gudang penyimpanan tulisan. Saya kemudian mengalihkan fungsinya sebagai ruang kemanusiaan. Layaknya seorang photografer, saya membingkai berbagai kehidupan manusia dalam beragam frame. Blog ini menawarkan senyuman, tetapi sekaligus air mata kehidupan.
Semoga setiap nama dan peristiwa dalam blog ini menyapa hidup pembaca. Kata yang baik memiliki kuasa untuk menyapa.

Mutiara Andalas, S.J.


Tuesday, February 24, 2009

Resensi Buku Biarlah Berbeda dan Saling Mencinta (2008) dan Jesus: A Story of Enlightenment (2008)


Suatu kali sekelompok orang yang menaruh kebencian terhadap komunitas Yahudi bersekongkol untuk menjatuhkan reputasi Torah dan Rabi. Seorang mendatangi rabi masyur bernama Shammai.
“Saya kagum dengan Torah. Saya mempelajarinya sambil berdiri dengan satu kaki saja. Rabi ajari aku seluruh isi Torah dan aku akan mendengarkan ajaranmu sambil berdiri dengan satu kaki,” katanya dengan mimik mencibir.
Rabi Shammai serta merta mengacungkan kayu disertai umpatan,
“Minggat dari sini! Engkau melecehkan Torah!“
Orang itu mengambil langkah seribu dan kemudian membelokkan kakinya ke rumah Rabi Hillel.
“Apa yang dapat saya bantu, Saudara?” sapa Rabi Hillel ramah.
Orang itu mengulang pertanyaannya.
“Saudara hendak mengenal kekayaan Torah dalam waktu sekejap. Jangan menyebar kebencian kepada sesama jika engkau menghendaki sesama juga bertindak demikian.”
“Kita bersaudara? Kita hendaknya baik satu sama lain sebagai saudara?”
“Demikian ajaran utama Torah. Yang lain penjelasan atasnya.”
“Perkenankan saya kembali mengunjungi Rabi untuk mempelajari Torah.”

Paragraf pertama dari resensi saya atas buku suntingan Didik Chahyono, S.J. Biarlah Berbeda dan Saling Mencinta (Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma Press, 2008) dan buku Deepak Chopra berjudul Jesus: A Story of Enligtenment (2008).

No comments: