Matematika Pendidikan
Mata penghuni kelas tertuju pada tangan Andrea yang memegang kapur tulis. Tangannya terdiam lama di sisi bilangan matematika.
Andrea melihat gurunya dengan pandangan berisi pesan.
“Saya kesulitan menjawabnya.”
“Andrea tahu jalan menyelesaikan persoalan perkalian?”
Bintik-bintik keringat membasahi paras elok Andrea.
“Aku lemah sekali pada mata pelajaran matematika. Nilai raporku sering ternoda angka merah di bidang ini,” keluh Andrea sekembalinya ibu mengambil rapor kenaikan kelas.
“Ada yang menawarkan diri membantu Andrea?”
Para murid saling menengok dan berbisik satu sama lain. Kapur tulis patah karena tekanan tangan Andrea yang gemetaran.
Andrea selalu berkeringat dingin setiap kali ibu Agnes, guru pendidikan matematika, memasuki kelasnya.
Ibu Agnes menuntun tangan Andrea hingga Andrea menemukan jalan menyelesaikan soal.
“Nilai jawaban Andrea 100,” ujar ibu Agnes yang diikuti tepukan tangan murid satu kelas.
“Bolehkah Andrea tahu alasan Ibu? Mengapa ibu membiarkan aku berdiri lama di depan kelas padahal aku jelas-jelas tak mampu menyelesaikan soal matematika?”
“Pendidikan matematika menawarkan penyelesaian soal langkah demi langkah. Ketergesaan langkah, apalagi jalan pintas menyodorkan jawaban melawan matematika pendidikan.”
No comments:
Post a Comment