Tengah malam tadi saya kembali menyusuri jalan-jalan di sekitar tempat tinggal. Jalanan lebih lengang dari biasanya. Saya jarang berpapasan dengan pejalan kaki lain.
Sebenarnya beberapa waktu sebelumnya saya sudah mendapat peringatan dari sesama pengguna jalan.
"Hati-hati jalan sendirian di sini karena banyak tindak kriminal, termasuk penculikan," kata seorang perempuan yang nampaknya berprofesi sebagai pekerja malam.
"Apakah kamu tinggal di sekitar sini? Saya baru saja menghajar anak-anak berandalan yang menghalangi jalan saya. Akhirnya saya berhenti memukuli beberapa dari mereka setelah saya melihat dua anak mengeluarkan senjata tajam mereka," tutur seorang bapak yang masih ngos-ngosan.
Entahlah namun nasehat mereka nampak sangat jauh dari pengalaman saya beberapa waktu terakhir ini.
Namun lewat tengah malam tadi peristiwa itu hampir menimpa saya. Seorang pemuda berkulit gelap bersepeda tiba-tiba menyergap saya dengan pistol di tangannya.
Pikiran saya dalam hitungan detik mencoba menghitung kemungkinan melepaskan diri darinya. Kalkulator pikiran saya masih sempat-sempatnya menghitung uang di dompet dan credit card yang lumayan kalau berhasil dikuras penjahat itu.
Tiba-tiba saya mengejutkan penjahat itu dengan berlari menyamping secepat-cepatnya. Beberapa saat sesudahnya, "Dor!"
Suara pistol menyalak menembus malam.
Saya sejenak mencari tahu rasa sakit yang mungkin terasa pada tubuh saya. Tembakannya luput.
Saya meneruskan lari beberapa ratus meter tanpa henti. Mata saya sepintas juga melihat pemuda itu terbirit-birit mengayuh sepedanya masuk gang gelap diiringi sumpah serapah.
"Telinga kita sering baru mendengarkan nasehat orang lain setelah peristiwanya menimpa kita," tulis saya paginya sambil mengurut kaki yang pegal semua.
"Hati-hati jalan sendirian di sini karena banyak tindak kriminal, termasuk penculikan," kata seorang perempuan yang nampaknya berprofesi sebagai pekerja malam.
"Apakah kamu tinggal di sekitar sini? Saya baru saja menghajar anak-anak berandalan yang menghalangi jalan saya. Akhirnya saya berhenti memukuli beberapa dari mereka setelah saya melihat dua anak mengeluarkan senjata tajam mereka," tutur seorang bapak yang masih ngos-ngosan.
Entahlah namun nasehat mereka nampak sangat jauh dari pengalaman saya beberapa waktu terakhir ini.
Namun lewat tengah malam tadi peristiwa itu hampir menimpa saya. Seorang pemuda berkulit gelap bersepeda tiba-tiba menyergap saya dengan pistol di tangannya.
Pikiran saya dalam hitungan detik mencoba menghitung kemungkinan melepaskan diri darinya. Kalkulator pikiran saya masih sempat-sempatnya menghitung uang di dompet dan credit card yang lumayan kalau berhasil dikuras penjahat itu.
Tiba-tiba saya mengejutkan penjahat itu dengan berlari menyamping secepat-cepatnya. Beberapa saat sesudahnya, "Dor!"
Suara pistol menyalak menembus malam.
Saya sejenak mencari tahu rasa sakit yang mungkin terasa pada tubuh saya. Tembakannya luput.
Saya meneruskan lari beberapa ratus meter tanpa henti. Mata saya sepintas juga melihat pemuda itu terbirit-birit mengayuh sepedanya masuk gang gelap diiringi sumpah serapah.
"Telinga kita sering baru mendengarkan nasehat orang lain setelah peristiwanya menimpa kita," tulis saya paginya sambil mengurut kaki yang pegal semua.
2 comments:
Romo,
Apakah ini kisah nyata?
Bersyukur masih bisa lari cepat dan terhindar bahaya....
Kelihatannya masih ada tempat lain deh utk mencari inspirasi.....
Ini kisah nyata yang lumayan membuat kapok keluar malam.
Post a Comment