Kemarin saya mendapat undangan mendadak untuk menghadiri perayaan ulang tahun seorang nenek. Ia telah melewati usianya ke tiga perempat abad. Sahabat-sahabat terdekatnya yang hampir separuh usia dengannya mempersiapkan acara istimewa itu. Mereka berbagi tugas untuk antar jemput dia, merangkai bunga istimewa, dan mengabadikan peristiwa istimewa itu.
"Mereka mengurusi semuanya," kata nenek itu takjub.
Setelah pulang dari gereja saya salah seorang dari mereka menggamit tangan saya untuk bergabung dengan mereka. Kami pergi ke restoran mandarin yang menyajikan sajian makanan istimewa. Kami berebutan ingin ngobrol bersama nenek yang merayakan ulang tahun. Ia sangat gembira berada diantara kami.
Saat paling ditunggu-tunggu tiba. Lagi-lagi kejutan istimewa datang. Sebuah kue istimewa telah disediakan seorang diantara kami. Sebelum tiup lilin kami serempak memintanya untuk mengajukan permohonan.
Ruangan yang semula hiruk pikuk dalam sekejap hening. Saya yang duduk dekat dengannya melihat mata nenek itu mulai berkaca-kaca. Dengan kalimat terputus-putus ia mengungkapkan permohonannya.
"Kalian sudah menjadi bagian dari keluarga saya. Kalian mengasihiku sebagai ibu. Saya berharap suatu ketika anak-anak yang lahir dari rahim saya sendiri dapat mencontoh kalian."
Tetes-tetes air mata membasahi pipinya.
Anak-anak yang terdekat dengan hidupnya tak pernah hadir dalam perayaan, apalagi merayakan ulang tahunnya.
"Mereka mengurusi semuanya," kata nenek itu takjub.
Setelah pulang dari gereja saya salah seorang dari mereka menggamit tangan saya untuk bergabung dengan mereka. Kami pergi ke restoran mandarin yang menyajikan sajian makanan istimewa. Kami berebutan ingin ngobrol bersama nenek yang merayakan ulang tahun. Ia sangat gembira berada diantara kami.
Saat paling ditunggu-tunggu tiba. Lagi-lagi kejutan istimewa datang. Sebuah kue istimewa telah disediakan seorang diantara kami. Sebelum tiup lilin kami serempak memintanya untuk mengajukan permohonan.
Ruangan yang semula hiruk pikuk dalam sekejap hening. Saya yang duduk dekat dengannya melihat mata nenek itu mulai berkaca-kaca. Dengan kalimat terputus-putus ia mengungkapkan permohonannya.
"Kalian sudah menjadi bagian dari keluarga saya. Kalian mengasihiku sebagai ibu. Saya berharap suatu ketika anak-anak yang lahir dari rahim saya sendiri dapat mencontoh kalian."
Tetes-tetes air mata membasahi pipinya.
Anak-anak yang terdekat dengan hidupnya tak pernah hadir dalam perayaan, apalagi merayakan ulang tahunnya.
No comments:
Post a Comment