Beberapa waktu lalu saya mendapat telpon dari seorang ibu di kota lain dengan permohonan untuk mengunjungi suaminya yang sakit keras. Saat saya dan seorang sahabat sampai ke rumahnya, suaminya ternyata sudah meninggal beberapa jam sebelumnya.
Ibu itu mengisahkan perjalanan perkawinannya dengan banyak sela dering telpon.
"Dua tahun terakhir ini saya berhenti kerja untuk merawat suami di rumah. Saya kemudian menyadari ajalnya sedang menjemput kehidupannya. Tuhan mendidik saya untuk berani berserah kepada-Nya."
"Berserah kepada Tuhan itu indah," kata sahabat saya.
"Tuhan, kalau Engkau menghendaki hidup suamiku sekarang, saya mempersilakan Engkau mengambilnya. Saya serahkan kehidupan suamiku dengan tangan terbuka."
"Dua tahun terakhir ini saya berhenti kerja untuk merawat suami di rumah. Saya kemudian menyadari ajalnya sedang menjemput kehidupannya. Tuhan mendidik saya untuk berani berserah kepada-Nya."
"Berserah kepada Tuhan itu indah," kata sahabat saya.
"Tuhan, kalau Engkau menghendaki hidup suamiku sekarang, saya mempersilakan Engkau mengambilnya. Saya serahkan kehidupan suamiku dengan tangan terbuka."
No comments:
Post a Comment