
Sumber Gambar: Felicia Firdaus
Pundak kita sering nyeri
saat memanggul beban kehidupan
bukan karena bebannya berat
melainkan karena kita mengeluh
saat memanggulnya.
Mutiara Andalas, S.J.
Fides Quarens Intellectum, Fides Quarens Liberationem. Teolog kemanusiaan memadukan kecerdasan iman dan praksis liberatif. Ia terlibat terlibat dalam dialog kontemporer teologi dengan studi-studi kemanusiaan untuk humanisasi sejarah. Teolog yang bersekutu dengan penguasa sejarah menyembah illah kematian. Teolog yang memeluk Allah kehidupan membela korban sejarah. Blog ini juga menampilkan kisah-kisah kemanusiaan-iman inspiratif untuk memperkaya kehidupan kemanusiaan-iman kita.
Saya pada awalnya mendesain blog ini sebagai gudang penyimpanan tulisan. Saya kemudian mengalihkan fungsinya sebagai ruang kemanusiaan. Layaknya seorang photografer, saya membingkai berbagai kehidupan manusia dalam beragam frame. Blog ini menawarkan senyuman, tetapi sekaligus air mata kehidupan.
Semoga setiap nama dan peristiwa dalam blog ini menyapa hidup pembaca. Kata yang baik memiliki kuasa untuk menyapa.
Mutiara Andalas, S.J.
Pendidikan itu suci. Ia memiliki kuasa sakramental dalam rahimnya.Ia mampu menyentuh sisi terdalam kehidupan manusia dan mentransformasikannya. Dosa terbesar dari institusi pendidikan adalah mengaborsi kesucian dari rahim pendidikan.
Tebar pesona lahir dari eros politik,
sedangkan solidaritas
lahir dari spiritualitas politik.
Tebar pesona
untuk popularitas politikus,
sedangkan solidaritas
untuk kepentingan politik populis.
Subyek tebar pesona
adalah politikus,
sedangkan subyek sejati solidaritas
adalah masyarakat korban.
Pilatus dan
para pemimpin agama
memilih eros politik,
sedangkan Yesus
memilih etos solidaritas.
Mutiara Andalas, KOMPAS, 5 April 2007
Mutiara Andalas, KOMPAS, 30 Desember 2004
31 comments:
haha..
thanks romo bwat quotenya..
GBU
Felicia,
U r welcome
mo, ada tips gimana caranya supaya kita ga mengeluh?
anyone wants to answer to her Q?
yang maen biola imut....(^__*) "
:-) dari seattle, washington..
si felicia di seattle gitu mo? mangsutna?
wagh,, iya Mo.. kita gampang bgt ngeluh,, jadi yg sebenarnya mudah jadi keliatan susah..
yup
felicia,pegel ndak tuh maen biolana ? xixixi...mengeluh itu wajar...yang gak wajar klo melenguh.....
haiiah,, mas Lintang ki..
pie van?....nek melenguh kui kan sapi.....xixixixi
What a fine observation :)
Nah Romo, follow up question nih: which one is better/worse: Being so afraid of the pain that we ended up getting paralized and not able to move? Or that we don't even feel pain anymore?
Also, with the pain in our shoulder, to what point, do we stop - if we even stop at all?
;)
saya dulu pernah bekerja sebagai pekerja bangunan yang tugasnya mengangkat batu-batu segedhe gajah dan adonan. Saya ber-partner dengan seorang ibu tua. Sementara mata saya udah merem melek menahan nyeri di pundak, ibu itu mengangkat beban di pundaknya dengan 'santai'. Kok bisa? Nyeri di pundak tetap ada, tetapi tidak menguasai kita.
Saya biasanya mengeluh saat harapan/keinginan tidak terpenuhi. Namun seringkali kalo saya refleksi diri, harapan/keinginan itu bermula dari konsep, yg mana kita sendiri lah yg menciptakan konsep itu.
Jadi supaya nggak mengeluh, konsep kita yg mesti berubah :)
Seringkali saya terjebak dg keinginan utk mengubah keadaan (to change the world bahasa kerennya, hihihi), namun sebenarnya saya lah yg harus berubah. And it needs a lot of courage.
To change the world, we need power, but to change ourselved we need strength.
i love the idea: to change the world, we need power, to change ouselves we need strengh. A very deep reflection on bearing burden. thank you very much.
Good analogy :)
Include me in your future faith-teasers ya, mo!
Bener, Mo...bener banget. I like the quote. Tapi susah ngejalaninnya in real life. But to have one confidant untuk menyalurkan beban rasanya perlu. That confidant is siapa lagi kalau bukan a great guy with initial JC.
Dear Raymond n Jenny,
thanks for lovely responses. It's true we have a Person who says, "Come to me all who are weary and burdened..."
Raymond, I will try soon... :-)
betul...betul...Romo
saya masih blm berhasil berhenti mengeluh nih!
Menurut saya "mengeluh" is OK, tapi jangan terus "terfokus" dengan rasa nyeri itu. Don't forget that we can ask for help too...
Agustini Utari at 11:24am February 3
Anna: dengan betambahnya usia, beban pun semakin betambah, masa kanak2 adalah masa yang indah, walaupun tidak semua anak2 bisa menikmati indahnya masa2 itu. Hanya dengan bersyukur kita akan merasakan nikmatnya hidup, beban beratpun terasa ringan.
Wah..benul..benul..ini namanya penyakit psikosomatik :)
pasti itu kena rematik hehehe
Pas sekali ulasan ini dengan fotonya. Pertama kita mulai bermain biola, pasti ada rasa sakit di dagu dan tulang atas di dada.
Semakin kita latihan dan biasa melakukannya, tulang dan kulit yang menyangga biola menjadi kapalan dan kita tidak merasakan rasa sakit lagi.
Kesimpulannya bahwa beban akan selalu ada, tapi kita tidak merasakannya lagi dan kita tidak akan mengeluh lagi.
dear Michael,
wow! Your interpretation is amazing!
mrs. schwarz, wenny, chendani, anna, rio... thanks ya. lovely comments.
Hore.... saya betul !!! Makasih Pak Romo !
Romo, quote yg saya post sebenarnya berdasarkan inspirasi dari Kitab Tao Te Ching (Chapter 33 - verse 2).
Aslinya:
"Mastering others requires force; Mastering the self needs strength."
Saya asumsikan "mastering others" senada dg "change the world".
Post a Comment