
Solidaritas Pascatsunami
Dunia berduka. Tragedi kemanusiaan terus terjadi. Serangan badai Katrina menghancurkan sebagian wilayah Gulf Coast dalam skala masif. Kematian diperkirakan mencapai ribuan jiwa, belum termasuk korban luka-luka dan kerusakan material. Pemerintah AS menyatakan situasi darurat kemanusiaan dan menyerukan bantuan kemanusiaan kepada dunia.
Dari tengah-tengah lokasi evakuasi, kita mendengar ratapan penderitaan korban. Para korban mengisahkan kehilangan, luka, bahkan kematian orang-orang terdekatnya. Selain penderitaan, kita mendengarkan kisah kehidupan. Kita melihat jalinan panjang tangan manusia saling berpegangan untuk saling menyelamatkan kehidupan. Badai Katrina tak menyisakan apa pun, selain kehidupan mereka. Kita melihat parade manusia meninggalkan segalanya demi menyelamatkan kehidupan.
Tragedi orang miskin
Gelombang manusia mengungsi mencari lokasi aman, pun banyak warga menyisir lokasi bencana Katrina. Mereka mencari sesamanya yang mungkin terjebak air. Yang lain mencari jejak bau manusia di antara reruntuhan bangunan dan memakamkan secara layak.
Jon Sobrino dalam Where is God?: Earthquake, Terrorism, Barbarity, and Hope (2004) menyerukan penting dan perlunya solidaritas universal di hadapan tragedi kehidupan orang miskin. Solidaritas universal mulai dengan preferential option for the truth.
De facto mayoritas warga dunia terancam mengalami kematian prematur karena kemiskinan. Orang miskin menanggung beban berat untuk membela hidupnya. Bencana alam, seperti tsunami, dan topan Katrina kian menghancurkan kehidupan orang miskin. Efek bencana alam ini amat fatal bagi kehidupan karena berpotensi merenggut kehidupan mereka.
Bencana alam adalah lensa tembus pandang untuk melihat tragedi kemanusiaan. Bencana alam tidak pernah selektif memilih korban. Namun, perbedaan efek bencana alam yang dialami mayoritas orang miskin dan minoritas yang tidak miskin amat signifikan. Pascabencana alam, orang miskin perlu waktu lama untuk membangun kembali kehidupan mereka.
Mayoritas orang miskin kehilangan pekerjaan, tempat tinggal, dan hidup dengan persediaan finansial terbatas. Masa depan mereka tak menentu. Penderitaan yang dialami minoritas orang tidak miskin biasanya berdurasi pendek. Mereka dapat memperbaiki kehidupan yang telah rusak dan hidup normal dengan segera.
Solidaritas universal
Esensi solidaritas adalah mencari manusia yang lain. Solidaritas berawal dengan berinkarnasi dalam penderitaan korban yang terus berada dalam ancaman kematian prematur. Bantuan kemanusiaan diharapkan merupakan ungkapan hormat kita pada kesucian kehidupan orang miskin. Skandal terbesar kemanusiaan terjadi saat dunia melupakan orang miskin.
Dunia kita sering menegasi eksistensi mayoritas orang miskin dan berpaling dari penderitaannya. Bencana alam tsunami menumbuhkan solidaritas universal. Para korban mengundang dunia untuk mendekati, mengulurkan tangan, dan menjamah luka-luka korban.
Dalam tragedi topan Katrina, mayoritas korban adalah warga kulit hitam dan miskin. Situasi di kota New Orleans ini menjadi karakteristik di negara bagian Amerika Serikat. Seperti tsunami, restorasi lokasi akibat serangan Katrina diperkirakan baru usai dalam hitungan tahun. Tersisa pertanyaan bagaimana orang miskin akan menjalani hidup mereka di hari, minggu, bulan, dan tahun mendatang.
Kasus tanah longsor di Padang mempertegas situasi rentan mayoritas orang miskin mengalami kematian prematur. Mereka hidup berdesakan di ruang sempit dan terpaksa hidup di lokasi yang terjal dan terlarang untuk daerah hunian karena rawan bencana alam. Mereka tidak memiliki sumber daya untuk membangun perumahan yang layak huni.
Komunitas pakar tsunami dan gempa internasional menyatakan kota Padang sebagai daerah paling rawan terhadap potensi tsunami di dunia. Pengulangan tsunami diperkirakan terjadi sekitar 200 tahun ke depan sejak terakhir terjadi tahun 1833. Tragedi tsunami yang menghancurkan Aceh dan Sumatera Utara hendaknya mendidik kita untuk menghindari dan meminimalkan tragedi yang akan datang secara efisien.
Langkah-langkah preventif dapat mulai dilakukan, seperti mendirikan menara observasi, penahan gelombang, tempat evakuasi, peta evakuasi, membenahi tata ruang, dan memperlebar jalur-jalur pantai. Aneka tindakan itu adalah anunsiasi kesucian kehidupan dan denunsiasi kematian prematur orang miskin.
Tanggung jawab global
Utopia solidaritas universal adalah menciptakan dunia yang kian membuka ruang hidup bagi semua penghuninya. Menyitir Hans Kung, utopia solidaritas universal adalah menciptakan dunia yang kian humanum bagi warganya. Sekaligus penghuni dunia kian menyadari tanggung jawab globalnya terhadap aneka masalah penderitaan korban yang mengancam kemanusiaan kita.
Bencana alam akan silih berganti memorakporandakan dunia. Komunitas dunia diundang untuk terus menegaskan komitmennya membela kesucian kehidupan. Kita membela kesucian kehidupan jika tidak melupakan korban bencana alam.
No comments:
Post a Comment