
Malam ini, saya mendampingi sahabat saya, A. Suryo Wicaksono dan Beni Bevly, dalam road show kemanusiaan 1965/1998. Peristiwa 1998 sangat dekat di hati saya. Saya pernah mendampingi paguyuban keluarga korban Mei - Semanggi. Beberapa hari yang lalu, saya sempat ngobrol dengan Irma, adik dari Wawan, yang menjadi korban kekerasan negara dalam tragedi Semanggi. Ibu Sumarsih dan Pak Arif, orang tua Irma dan almarhum Wawan, titip salam siang itu. Mereka sedang dalam perjalanan melakukan aksi diam di istana negara. Aksi diam ini merupakan kegiatan rutin keluarga korban melawan pelupaan sosial (amnesia sosial).
Saat Wawan wafat dalam tragedi Semanggi, Ibu Sumarsih beserta Pak Arif dan Irma berjumpa dengan saya di Posko Relawan Trotoar, St. Carolus. Mereka mengajukan sebuah permintaan,
"Apakah frater Andalas mau mengingat dan menemani kami untuk menuntut keadilan bagi para korban kekerasan negara?"Pertanyaan itu kembali hadir saat saya presentasi. Saya terdiam lama, dan akhirnya tak kuasa menahan tangis. Wajah mereka menjadi sedemikian dekat di mata saya. "Ibu Sumarsih, Pak Arif, dan Irma terkasih. Kalian terkenang di air mataku."
p.s.:
Terima kasih untuk Om Didi, Suryo, Beni, dan Jennie yang memeluk saya malam ini. Jennie, terima kasih atas kiriman fotonya.
2 comments:
Thank you for the hug too. You are the face of humanity, friendship and unconditional kindness. And I thank you on behalf of mankind.
You make the world slightly brighter than yesterday.
sepertinya ini akan jadi judul buku. Lagi provoke rekan-rekan relawan lain untuk nulis...
Post a Comment