
Daftar bencana di Indonesia makin panjang saja ya. Kita memiliki istilah baru untuk menyebut Indonesia: Negera 1001 bencana. Hari-hari terakhir ini, saya banyak ditanya tentang gempa bumi oleh teman-teman Amerika saya. Mereka turut berempati lho dengan situasi di luar mereka.
Beberapa waktu lalu, saya buka mailing list yang isinya mau ngumpulin dana kemanusiaan. Wah, cepet juga nih response-nya. Tak lama kemudian wajah saya jadi cemberut mengikuti diskusi mereka. "Menyebalkan. Yang dipikirin kok cuma korban yang seagama?" Padahal ada banyak saudara-saudari yang tak seagama yang pada saat yang sama mengalami penderitaan, dan barangkali lebih membutuhkan bantuan kemanusiaan. Di zaman millenia gini kok masih ada yang berpikir narrow banget.
Saya ingat sebuah cerita kemanusiaan saat tragedi tsunami. Seorang kakek renta terombang-ambing karena dilemparkan ombak yang dalam sekejap menyergap ke daratan. Saat-saat terakhir tangan kakek itu berhasil menggapai pecahan perahu yang terhanyut.
Belum sempart bernafas lega karena hidupnya baru saja keluar dari ancaman kematian, ia melihat tak jauh dari dirinya teriakan minta tolong. Beberapa tangan yang hampir tenggelam melambai meminta bantuan. Kebanyakan perempuan. Ia nggak tahu siapa mereka. Satu-satunya yang ia tahu, mereka butuh bantuan darurat agar bisa hidup. Kakek itu tak punya waktu panjang untuk berpikir. Kakek itu langsung ngasihin kayu-kayu itu kepada mereka, termasuk yang menopang tubuhnya. "Mereka lebih butuh kayu-kayu itu agar bisa selamat," katanya dalam hati. Ia menangkap papan yang berhanyutan setelah orang-orang itu ia yakin selamat. Dalam situasi hidup mati dirinya, ia bisa menyelamatkan sekitar 9 kehidupan lain.
Kita yang bukan korban punya waktu lebih banyak berpikir. Namun, seperti suara-suara di mailing list itu, yang kita pikirkan pertama jatuhnya pada orang-orang yang seagama dengan kita. Bukankah solidaritas itu sejak dalam rahimnya melintasi batas-batas pemisah? Kata orang zaman sekarang, kalau kepedulian kita masih menanyakan identitas Kartu Tanda Penduduk atau Identity Card, kepedulian macam begitu narsis!
No comments:
Post a Comment