Eros atau Etika Politik?
Kasus Samsul Bahri merupakan lensa tembus pandang untuk melihat realitas kontemporer politik Indonesia. Jabatan-jabatan publik pemerntahan di Indonesia belum bersih dari figur-figur yang bahkan dalam pandangan masyarakat yang awam di bidang politik jelas-jelas tidak lolos dari kriteria kepantasan publik. Lolosnya calon-calon yang dinyatakan tidak lolos check up kesehatan politik ini mengundang kita untuk membedah perut politik Indonesia. Dunia politik yang kotor tidak mengenal etika politik dalam kamusnya Ia hanya mengenal kosa kata eros politik.
Mereka yang memeluk eros politik mengidap libido kekuasaan. Eros politik mereka destruktif terhadap hidup rakyat Indonesia. Eros politik itu paling kentara mengambil bentuk korupsi. Uang rakyat dikeruk habis-habisan untuk menggembungkan perut mereka. Jabatan politik yang seharusnya digunakan untuk mengabdi rakyat justru dipakai untuk menyebadani hidup rakyat. Hidup rakyat terus-menerus diperkosa demi kepuasaan eros libidinal mereka. Kepentingan rakyat tak pernah menjadi agenda politik mereka.
Politikus dengan libido kekuasaannya menciptakan citra negatif terhadap dunia politik. Mereka menciptakan struktur politik yang korup dan saling jegal. Dunia politik dikonotasikan sebagai ajang cari duit dan politikus lalu identik dengan preman yang suka memeras hidup rakyat. Seperti kredo Sun Tzu, tak ada persahabatan abadi dalam semesta politik. Komitmen bersama politikus untuk kesejahteraan rakyat mendekati titik nol bahkan telah memasuki titik negatif karena mereka selalu saling jegal saat bertemu. Atmosfer politik diwarnai oleh kecurigaan, bahkan kebencian antar politikus. Tebar pesona adalah derivasi kontemporer dari eros politik.
Etika politik hendak menjamin terciptanya ruang politik yang sehat. Dunia politik hendak dikembalikan fungsinya sebagai ruang mereka yang mendapat mandat dari rakyat untuk menciptakan kesejahteraan hidup bersama (bonum commune). Atmosfer antar politikus diwarnai oleh komitmen bersama memperjuangkan kepentingan rakyat. Hidup bersama kita sebagai bangsa Indonesia selama bertahun-tahun hampir mengalami kerusakan sempurna karena kemiskinan, kekerasan, korupsi, dan perusakan ekologi.
Tindakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang mencegah pelantikan Samsul Bahri untuk memangku jabatan di Komisi Pemilihan Umum (KPU) menciptakan angin segar di tengah kepengapan ruang politik Indonesia. Dunia politik Indonesia membutuhkan pribadi-pribadi yang memiliki etika politik. Politikus yang mengidap eros politik tak akan berumur panjang berdiri di panggung politik. Hanya politikus yang memeluk etika politik akan bertahan lama di panggung politik.
Rakyat akan memberikan tekanan terus-menerus terhadap politikus yang memiliki libido kekuasaan yang merugikan kepentingan rakyat. Mereka tidak akan tinggal diam terhadap calo-calo politkus yang berusaha meloloskan calon-calon bermasalah untuk duduk di kursi jabatan publik pemerintahan. Mereka menginginkan politikus yang benar-benar memiliki hati untuk rakyat. Politikus yang demikian hanya dapat ditemukan dalam diri mereka yang memiliki etika. Politikus yang mengidap eros libidinal kekuasaan sejak awal telah mendiskualifikasikan diri mereka dari dunia politik Indonesia (SELESAI).
No comments:
Post a Comment