Rumah tempat saya tinggal rajin mengundang komunitas-komunitas sekitar untuk acara kumpul bareng dan dilanjutkan dengan dinner. Hari Jumat lalu, setelah lari-lari dari ruang kuliah, saya buru-buru mengatur ruang tamu dibantu beberapa teman. Dalam sekejap, ruang tamu itu menjadi ruang pesta. Tinggal menunggu tamu.
Kita biasanya suka pakai 'evite' untuk mengundang waktu. Kali ini saya pakai cara tradisional. Saya pesan pada teman yang dekat dengan komunitas itu untuk undang datang dengan sapaan saja. Maklum, kalau inbox e-mail penuh, undangan-undangan macam ini dengan gampang masuk daftar delete.
Setelah menunggu dengan hati berdebar-debar, tamu pun mulai berdatangan. Semua yang diundang datang! Wah, sebagai tuan rumah, saya merasa sangat terhormat melihat semua undangan datang. Kami pun mulai duduk di ruang tamu dan saya mulai jeprat-jepret untuk mengabadikan peristiwa malam itu.
Setelah dilihat-lihat kok beberapa anggota rumah saja menghilang ya. Mereka
kemana ya? Saya berkali-kali, kadang-kadang merasa diri sebagai bawel,
mengingatkan tanggal istimewa hari ini. Tapi kok tetap aja yang ngacir dari
acara itu. Untung jeprat-jepret sehingga saya tahu siapa anggota rumah kami yang
absen dari acara istimewa itu.
Para tamu sedemikian gembira kumpul bareng. Mereka bolak-balik tambah makanan. Mereka kesengsem dengan masakan Mexican bikinan salah satu cook perempuan kami. Saya sendiri sibuk jeprat-jepret dan angkat piring kotor. Setelah makan malam, kami kembali ke ruang tamu lagi untuk minum-minum lagi. Para tamu belum mau pulang. Saya akhirnya bisa duduk dan ngobrol sama seorang romo dari Irlandia yang 8 tahun ministry di penjara. Nggak nyangka ya kita bisa share pengalaman yang dalam banget.
Tak terasa malam kian malam. Para tamu akhirnya minta diri dan minta maaf karena terlalu senang dolan ke rumah kami dan lupa waktu untuk pulang. Nah, ketika mereka sedang menuju pintu, beberapa teman rumah yang tidak kelihatan saat acara baru pulang entah dari mana. Langsung nyelonong tanpa saya hi pada tamu-tamu dan cari makanan di dapur.
Salah seorang sahabat saya mendekati mereka,"
Malam ini kami kehilangan kalian. Para tamu sangat gembira berada di antara
kita. Tetapi saya prihatin karena beberapa dari kita tak ada di tempat. Padahal
mereka berkunjung ke sini untuk berjumpa dengan kita."
Saya pernah membaca tulisan yang melihat kehidupan keluarga dari meja makan. Di meja makan orang tidak menyembunyikan diri. Kita ketahuan kalau sedang bahagia dengan yang lain atau sebaliknya. Tak mengherankan, kalau kita lagi ada persoalan dalam keluarga kita, kita sering memilih saling menghindar untuk berjumpa di rumang makan.Sebaliknya keluarga yang harmonis senantiasa berusaha menyediakan waktu untuk santap bersama.
Kemarin saya diundang lunch ulang tahun, dilanjutkan dengan jalan-jalan di China Town, malamnya Faith Sharing Group, dan larut malam kami kumpul bareng sampai jam 1 malam. Kebersamaan semakin mahal di dunia yang sibuk. Betapa kita menjadi sangat rindu untuk berada bersama. Rasa kantuk dan capek menjadi tak berarti karena kita sedemikian rindu untuk berjumpa dengan orang-orang yang dekat dengan hidup kita. Kita hidup di sebuah zaman yang rindu perjumpaan.
Mari kita lihat sejenak keluarga atau komunitas kita.
Setiap kali kita makan bersama dalam keluarga, siapa yang biasanya absen dari
meja makan? Siapa yang biasana buru-buru meninggalkan meja makan dan tidak
menunggu yang lain selesai makan? Seberapa sering kita meninggalkan acara-acara
yang menuntut kehadiran kita(dalam keluarga)? Siapa yang sering kali hilang dari
hidup keluarga kita?
No comments:
Post a Comment