Kuasa Kata: Menyapa

Saya pada awalnya mendesain blog ini sebagai gudang penyimpanan tulisan. Saya kemudian mengalihkan fungsinya sebagai ruang kemanusiaan. Layaknya seorang photografer, saya membingkai berbagai kehidupan manusia dalam beragam frame. Blog ini menawarkan senyuman, tetapi sekaligus air mata kehidupan.
Semoga setiap nama dan peristiwa dalam blog ini menyapa hidup pembaca. Kata yang baik memiliki kuasa untuk menyapa.

Mutiara Andalas, S.J.


Monday, November 5, 2007

Monolog Rahim

Monolog Rahim

Tiadanya' laporan perkosaan kepada instansi pemerintah
tak bisa disimpulkan perkosaan tidak terjadi.
(Tim Relawan untuk Kemanusiaan)

Aku korban hidup
Aku saksi korban hidup
Aku pendamping saksi korban hidup
Kami semua bicara mengenai
Para perempuan yang menjadi korban kekerasan seksual
Dalam tragedi Mei 1998.

Aku korban hidup
Kekerasan seksual
dalam tragedi kekerasan negara
Aku tak bicara kepada publik
Setelah peristiwa itu
Hidupku hancur
Aku hanya bicara pada mereka
yang dekat dengan hidupku
yang dapat membantu hidupku
terkait dengan diriku
dengan dunia sosialku

Aku korban hidup
kekerasan seksual
dalam tragedi Mei 1998
mereka yang memperkosaku
tak hanya merenggut
kesucian tubuhku
tapi juga menggagahi
kesucian hidupku
sulit mengisahkan
sisi dalam peristiwa itu.
Diriku
Hidupku
Dilukai
Aku hampir tak mengenali diriku

Aku berdiri di depan cermin
Diriku sebelum
Diriku sesudah
Peristiwa kekerasan seksua
dua potret diri
berdiri di depan cermin
diri yang remuk
perkosaan
meninggalkan trauma
trauma itu belum hilang
padahal waktu telah berlalu
perkosaan itu terjadi 10 tahun lalu

aku bicara mengenai kekerasan seksual
tragedi Mei `998
mengenai hidupku sendiri
aku bergumul dengan hidupku
antara merahasiakannya
dan membongkarnya
kalau merahasiakannya
aku membiarkan pelakunya
menahlukkan hidupku
mereka ingin aku bertutur
“aku menyerah kalah.”

Aku pernah hidup
Di dua titik waktu
Setelah peristiwa perkosaan itu
Aku hidup di masa kini
Dan di masa lalu
Masa kiniku tak sejelas
Masa laluku
Peristiwa perkosaan itu
Menghentikan jarum jamku
Aku hampir kehilangan diriku
Aku sering berpikir diriku
Bukan lagi manusia
Tetapi robot
Binatang
Bunga

Aku tak berdaya
Mempertahankan kesucian diriku
Aku meraung-raung minta tolong
Namun tak seorang pun peduli
Aku menatapmu
Namun engkau tak berpaling
Kepadaku
Aku menanti
Menanti
Menanti
Kalau-kalau engkau
Memalingkan wajahmu kepadaku
Namun engkau
Tak juga berpaling kepadaku
Aku kehilangan
kepercayaan pada manusia
iman pada Tuhan

Aku perempuan
Korban kekerasan seksual
Dalam tragedi Mei 1998
Aku mengalami trauma
Aku tak bicara pada kalian
Karena aku tak berdaya pada diriku
Dan duniaku terputus dengan
Dunia di sekitarku
Aku bicara pada kalian
Karena aku telah pulih
Sebagai pribadi
Dan aku terkait lagi
Dengan dunia di sekitarku

Perkosaan massal terhadapku
Merenggut rasa aman
Terhadap tubuhku
Terhadap sekitarku
Aku kehilangan
Integritas atas tubuhku
Aku hidup
di dua titik ekstrem
Tak mau lepas
Dari pelukan mereka
yang mengasihiku
Atau mengunci pintu kamarku

Aku ingin membela hidupku
Di depan pengadilan
Namun aku hampir kehilangan
Kepercayaan pada lembaga hukum
Kalau sesama terdekat saja
Tak mempercayai kisahku
Betapa lembaga hukum
Lebih mati rasa
Dengan kasusku
Aku tak ingin
Diperkosa kedua kali
Di ruang pengadilan

Aku hendak mengenang
Kisah masa laluku
Aku korban perkosaan massal
Dalam tragedi Mei 1998
Bertahun-tahun
Aku menderita
Ingatan traumatik
Yang tak punya kisah dan waktu
Hanya ada gambar hitam putih
Tanpa suara
Gambar hidup perlu
Abjad dan nada
Agar kebisuan jadi kata
Gambar jadi kisah
Ingatan traumatik
Jadi kenangan transformatif

Aku berjalan di titian jembatan
Kalau tak hati-hati
Aku bisa jatuh
Ke sisi kiri sungai
Tanpa kenangan akan perkosaan
Hidupku tak akan beranjak
Aku bisa jatuh
Ke sisi kanan sungai
Ingatan akan perkosaan
Dapat menyalakan trauma
Aku berharap
Kalian punya waktu
Aku hendak mulai
Dengan kisah hidupku
Sebelum perkosaan massal

Aku ingin mendaraskan
Fakta perkosaan massal
Secara tertata
Detil
Rapi dalam kata
Dengan bingkai ruang dan waktu bingkai
Aku tak sekedar
Mendaraskan kisahnya
Tapi juga tanggapanku
Dan tanggapan mereka
Yang mendengakan kisahku
Aku mohon pengertianmu
Kalau kisah perkosaan massal
Sampai ke telingamu
Dalam kalimat yang cacat

14 Mei 1998
"Aku
salah satu dari dua gadis
di Muara Angke
yang ditarik paksa dari kendaraan
dan dilucuti pakaiannya
lalu diperkosa massal
aku berusaha melawan mereka
namun aku tak kuasa
Seorang perempuan mendekatiku
ia mendekapku
aku memintanya
mencarikan jalan aman
pulang ke rumah
perempuan itu tinggal
di daerah itu
ia tahu jalan pintas."
Aku termenung
dengan pertanyaan tunggal:
Mengapa?

Aku adalah perempuan
yang mendekap kedua perempuan
korban perkosaan massal
saat mencarikan
jalan pintas mereka untuk pulang
aku melihat
beberapa mayat perempuan
di perempatan Cengkareng
Mereka telanjang
muka mereka ditutupi koran
Mereka tampak
menjadi korban perkosaan
leleran darah
terlihat dari vagina mereka
Setelah mengantar pulang
korban hidup itu,
aku melewati jalan yang sama.
Di perempatan Cengkareng,
mayat para perempuan itu
tak ada lagi
Kemana mereka?
Siapa yang membawa mereka pergi?

Juni 1998
"aku kakak perempuan
yang mendengarkan kisah
adik perempuanku saat tragedi Mei 1998
Ia tanpa sengaja
melihat seorang gadis tionghoa diperkosa massal.
Setelah peristiwa itu,
ia begitu ketakutan dan tertekan.
bicaranya ngacau
badannya bergetar
saat ada orang yang menghampirinya.
Ia dirawat di rumah sakit
selama dua minggu.
Aku jadi ragu,
apakah adikku saksi
atau korban perkosaan massal itu.

Hukum mencari
laporan korban
tanda kekerasan seksual
saksi peristiwa
Trauma menolak
Pelaporan diri
Penyingkapan luka
Pembicaraan dengan orang lain


Aku ingat
Kasus Nanking
Sekitar delapan puluh ribu
Hingga dua ratus ribu perempuan
Belum terhitung laki-laki
Korban kekerasan militer Jepang
Tak seorang pun
Maju memberi kesaksian publik
Korban massal
Berubah menjadi dalam hitungan jari
Bahkan nol

Aku menebus trauma
Menjadi sumber perutusanku
Aku berubah dari korban hidup
Menjadi saksi korban
Lewat kesaksian hidupku
Aku menyuarakan pesan kehidupan
“Mereka yang melupakan masa lalu
dikutuk mengulanginya lagi.”
Aku memberikan kesaksian sekarang
Bukan sekedar untuk kasus masa laluku
Tetapi juga untuk masa depan kemanusiaan
Keberanianku
Kata-kataku
Lahir dari rahim
Rahim
Tak bisa diteror senjata
Monolog
Lahir dari rahim

Bibliografi:
Kirk, Gwyn and Margo Okazawa-Rey, Women’s Lives: Multicultural Perspective. Boston: McGraw Hill, 2004.

Herman, Judith L. Trauma and Recovery: the Aftermath of Violence: from Domestic Violence to Political Terror. USA: The Basic Books, 1992.

Laporan Tim Gabungan Pengungkan Fakta Kerusuhan Mei 1998

Randall, Margaret. When I Look into the Mirror and See You: Women, Terror, and Resistance. New Jersey: Rutgers University Press, 2003.


Shaw, Susan M. and Janet Lee. Women’s Voices, Feminist Visions. Boston: McGraw Hill, 2004.

No comments: