
Hidup rohani sering juga diperlakukan seperti proses daur ulang dalam arti negatif.
Seorang sahabat baru saja kembali dari rumah retret dengan tak bisa menyembunyikan kekecewaannya. Tak seperti harapannya, doa-doanya macet. Boro-boro mengalami kedekatan dengan Tuhan, rasa-rasanya bisa hening saja sudah jadi bonus retret kali ini.
"Maunya merenung malah melamun."
Beberapa tahun sebelumnya ia pernah mendapatkan jurus-jurus sakti dalam berdoa.
"Saya bisa merasakan Tuhan yang menyentuhku."
Kemarin semua jurusnya tak mempan untuk mengusir gangguan dalam doa.
Saking geregetannya, ia menelepon saya untuk evaluasi reretnya. Ia juga minta jurus-jurus sakti baru dalam doa.
Saya bukan guru rohani yang memberikan suplai jurus-jurus pamungkas melawan gangguan doa.
Saya mengajak dia bicara mengenai hidup rohani itu sendiri.
"Kita selalu berjumpa dengan Tuhan di titik baru."
"Maksudnya?"
" Hidup rohani itu dinamis."
"Apa ada hidup rohani yang statis?"
"Hidup rohani daur ulang."
"Mungkin itu yang saya alami. Saya pikir relasi dengan Tuhan sama saja dari dulu sampai sekarang."
"Hidup rohani yang bermental daur ulang berjalan mundur."
"Hidup rohani yang baik berjalan maju ke arah Tuhan."
Klik. Telpon ditutup. Ada pesan pendek sebelum telpon ditutup.
"Maaf, Mo. Saya mau latihan doa lagi."
Sumber dokumentasi:
http://www.cityofelgin.org/images/pages/N444/image002.jpg
Seorang sahabat baru saja kembali dari rumah retret dengan tak bisa menyembunyikan kekecewaannya. Tak seperti harapannya, doa-doanya macet. Boro-boro mengalami kedekatan dengan Tuhan, rasa-rasanya bisa hening saja sudah jadi bonus retret kali ini.
"Maunya merenung malah melamun."
Beberapa tahun sebelumnya ia pernah mendapatkan jurus-jurus sakti dalam berdoa.
"Saya bisa merasakan Tuhan yang menyentuhku."
Kemarin semua jurusnya tak mempan untuk mengusir gangguan dalam doa.
Saking geregetannya, ia menelepon saya untuk evaluasi reretnya. Ia juga minta jurus-jurus sakti baru dalam doa.
Saya bukan guru rohani yang memberikan suplai jurus-jurus pamungkas melawan gangguan doa.
Saya mengajak dia bicara mengenai hidup rohani itu sendiri.
"Kita selalu berjumpa dengan Tuhan di titik baru."
"Maksudnya?"
" Hidup rohani itu dinamis."
"Apa ada hidup rohani yang statis?"
"Hidup rohani daur ulang."
"Mungkin itu yang saya alami. Saya pikir relasi dengan Tuhan sama saja dari dulu sampai sekarang."
"Hidup rohani yang bermental daur ulang berjalan mundur."
"Hidup rohani yang baik berjalan maju ke arah Tuhan."
Klik. Telpon ditutup. Ada pesan pendek sebelum telpon ditutup.
"Maaf, Mo. Saya mau latihan doa lagi."
Sumber dokumentasi:
http://www.cityofelgin.org/images/pages/N444/image002.jpg
No comments:
Post a Comment