Aku Hampir Kehilangan Segalanya
Oleh Mutiara Andalas[1]
13 Mei 1998. Ia waktu yang telah berlalu, bahkan kalau menyimpan kisah air mata. Kita boleh mencucurkan air mata di pekuburan, namun kita harus berjalan pulang dengan sapu tangan yang telah menyeka air mata kita. Kita harus melepaskan pakaian pekabungan dan menatap masa depan dengan lilin harapan. Saya mendengar komentar senada dari beragam pribadi setiap kali hendak mengisahkan air mata korban tragedi Mei 1998. Saya beberapa kali menerima teguran lisan yang mempertanyakan keterlibatan saya dengan keluarga korban. Perjumpaan saya dengan keluarga korban di rumah sakit tempat korban dibaringkan sementara, di pekuburan tempat korban mendapat peristirahatan terakhir, dan di komunitas keluarga korban memanggil saya untuk terus mengisahkan korban. Kisah korban tak hanya hendak dimasukkan ke keranjang sampah masa lalu, tetapi juga hendak dihapus dari ingatan masyarakat
No comments:
Post a Comment