Kuasa Kata: Menyapa

Saya pada awalnya mendesain blog ini sebagai gudang penyimpanan tulisan. Saya kemudian mengalihkan fungsinya sebagai ruang kemanusiaan. Layaknya seorang photografer, saya membingkai berbagai kehidupan manusia dalam beragam frame. Blog ini menawarkan senyuman, tetapi sekaligus air mata kehidupan.
Semoga setiap nama dan peristiwa dalam blog ini menyapa hidup pembaca. Kata yang baik memiliki kuasa untuk menyapa.

Mutiara Andalas, S.J.


Tuesday, January 15, 2008

Dinner Bareng Michael Amaladoss

Malam ini saya bergabung dengan para Yesuit India yang mengundang Michael Amaladoss, salah satu teolog terkemuka Asia dalam bidang inkulturasi dan dialog antaragama. Kesempatan duduk satu meja dengan Amal, demikian sapa para sahabat dari India, terbilang sangat langka buat mahasiswa Indonesia seperti saya.
Seperti biasa, obrolan mulai dengan cerita sana-sini sekitar India. Saya tentu saja menjadi pendengar setia sambil potret sana-sini.
Teologi saya berakar dalam konteks Asia. Saya tak ingin tercerabut dari akar Asia yang menjadi nafas teologi saya.

Ia prihatin dengan para teolog Asia yang pernah mengenyam pendidikan di luar negeri yang tercerabut dari akar Asianya.
Ia termasuk teolog Asia yang memiliki reputasi dunia internasional. Publikasi dalam bahasa-bahasa Internasional turut mempengaruhi sikap komunitas teologi internasional dalam memperhitungkan teologi Asia. Ada banyak tulisan teologi Asia yang bagus tidak terbaca karena terhalang bahasa.
Ia juga memberikan evaluasi kritis terhadap keberadaan EATWOT, sebagai komunitas teolog dari belahan Dunia Ketiga. Ia menilai EATWOT tetap berfungsi tetapi mulai kehilangan gengsi akademiknya. Ia melihat sekurang-kurangnya dua sebab utama alasan kemunduran EATWOT. Pertama, EATWOT mulai kelebihan beban anggota. Ia hendak merangkul sebanyak mungkin anggota untuk masuk. Resikonya kualitas anggota mengalami penurunan. Kedua, EATWOT cenderung menjadi komunitas 'clubbing' teologi.
Ia mendorong kami untuk merintis 'kelompok studi' teologi yang menawarkan ide-ide segar dalam teologi. Ia mengundang kami untuk berani keluar dari lokalitas kita dan berani masuk dalam percaturan global teologi.
Sejak di Indonesia, Amal merupakan teolog Asia yang senantiasa saya perhitungkan dalam diskusi dialog antaragama dan inkulturasi. Amal berbicara sangat profetik ketika mengatakan bahwa
Aktivitas mewartakan Kristus di Asia memasuki babak baru karena Gereja diutus Tuhan mempertobatkan masyarakat Asia tanpa mengubah komunitas religius mereka.
Ia mengkritik pendekatan imperalistik yang dipakai Gereja dalam berdialog dengan komunitas-komunitas religius lain di Asia. Ia juga mengundang Gereja untuk mengambil peran sebagai pelayan bagi terciptanya Kerajaan Allah.
Sejalan dengan Konferensi Para Uskup Asia (FABC), Gereja diundang untuk melakukan dialog dengan realitas kemiskinan, pluralitas agama, dan pluralitas budaya.
Saat pulang dari restoran, saya mendengarkan lagi kritik Amal terhadap teolog Gereja Asia. Ia mengundang saya untuk berakar pada konteks Asia.


No comments: