
“Dalam bernyanyi saya selalu menghayati cengkok setiap lagu”

Terlahir dari keluarga pencinta musik, Solomo adalah lelaki tunggal dan bungsu diantara lima bersaudara. Ayahnya bekerja sebagai penyanyi di café. Sementara ibu dan empat kakak perempuannya adalah backing vocals paduan suara di gereja. Solomo sendiri selain bergabung dalam paduan suara di gereja GBI – Cik’s Building, Jakarta sebagai pemain bas dan keyboard ---
dia adalah salah satu personil grup “Diffrentia Band” yang beranggotakan 3 pemuda tuna-netra dan seorang pemuda tuna-daksa. Serangkain pagelaran musik telah dia ikuti dan gelar kejuaran tingkat DKI-Jakarta khusus penyanyi tuna-netra pernah pula dia sabet.
Bakat musiknya dia asah melalui gemblengan para guru di tempat dia belajar saat ini dan berhasil menjadikannya vocalis dan guitaris andalan bagi grup musik di sekolahnya. “Solomo adalah salah satu anak didik saya yang memiliki bakat luar biasa serta gigih belatih vocal, suaranya pun istimewa” demikian komentar yang disampaikan Veronica Anis Dewanti guru musik sekaligus group leader dari Ensemble-Musik sekolah Santo Yoseph di Jakarta Timur.
Obsesinya adalah mendalami dunia musik sebagai karir di masa depan. “Saya berniat masuk akademi musik selepas SMA dan ingin menjajal kemampuan dibidang tersebut” tuturnya menutup obrolan.Sejak usia 14 tahun Salomo menderita low vision (penglihatan lemah) dan terus-menerus mengalami penurunan kemampuan pada syaraf matanya yang mengakibatkan kebutaan total sejak empat tahun lalu.
Teks dan foto-foto oleh Anastasia F. Lioe
No comments:
Post a Comment