Sound of Colors
Saat jalan-jalan ke
Suatu hari mata Ming tiba-tiba buta. Pada awalnya ia menolak bahwa dirinya sekarang tuna netra. Cheung berkunjung ke rumah sahabat barunya. Ia menawarkan program perawatan bagi penderita tuna netra. Pada awalnya Ming takut hidup sebagai orang buta. Cheung mengajari Ming melihat hidup secara baru dengan pendengarannya. Betapa banyak hal yang justru ia lihat ketika ia menjadi tuna netra. Salah satunya ia belajar membuka hatinya untuk Cheung.
Saat keduanya belanja di Supermarket untuk saling membelikan hadiah
Generasi Bising
Melihat dunia dengan telinga di era cell phone atau iPod? Kita mungkin pernah melihat dua orang berjalan bersama, tetapi ternyata masing-masing asyik ngobrol dengan orang lain melalui cell phone mereka. Atau, masing-masing sibuk dengan musik di telinga masing-masing. Mereka tidak peduli dengan orang lain di sekitar mereka. Banyak orang mulai bicara tentang polusi audio-visual. Dunia kita bertambah bising. Kita ditarik untuk hidup dalam dunia tempurung kita. Kita tidak mau diganggu persoalan orang lain.
Orang zaman sekarang juga digambarkan menjalani hidup dengan ritme berlari. Kita barangkali pernah di-complain karena tidak segera membalas e-mail atau sms teman kita. Orang tidak sabar kalau diminta menanti. Hidup menjadi seperti restoran cepat saji. Apa yang hilang dari dunia yang berjalan dengan ritme tunggang langgang (runaway world) ini? Banyak sisi hidup kita tertinggal dalam keadaan berantakan. Komedian Rowan Atkinson dalam salah satu serial Mr. Bean memotret ritme hidup yang senantiasa diburu waktu ini. Ia cuci muka, gosok gigi, ganti baju, dan mengenakan sepatu, serta makan pagi saat mobil melaju menuju tempat kerja. Anthony de Mello, seorang guru rohani, menyatakan bahwa mayoritas dari kita menjalani aktivitas hidup dengan mata terpejam, tanpa kesadaran.
Dalam Heroic Leadership (2003) Chris Lowney menempatkan kesadaran diri (self-awareness) bersama dengan kreativitas (ingenuity), kasih (love), dan kepahlawanan (heroism) sebagai pilar-pilar utama kepemimpinan dalam dunia bisnis kontemporer. Berkaitan dengan kesadaran diri, dunia bisnis membutuhkan pelaku bisnis yang mengenali kekuatan, kelemahan, nilai, dan pandangan hidupnya. Singkatnya, kesadaran diri terkait dengan perkara menata hidup kita. Dunia bisnis tidak dapat dikelola oleh pribadi-pribadi yang berantakan hidupnya.
Menata Hidup
Masa prapaskah adalah saat untuk menata rumah kehidupan kita. Puasa, pantang, aksi sosial, sakramen rekonsiliasi, dan sebagainya adalah bantuan untuk menata hidup kita dihadirat Allah dan sesama. Yesus adalah teladan pribadi yang dapat menata hidupnya. Hidup-Nya menyatakan cinta tak bersyarat Allah kepada kita. Bukankah hal yang sama hendak kita usahakan sebagai para sahabat Yesus? Setiap pengikut Yesus diundang to know him more clearly, to love Him more dearly, and to follow Him more closely.
Saat saya masih kecil, ibu sering memberikan tugas harian rutin kepada saya untuk menyapu halaman atau mengelap vespa ayah. Suatu kali saya pernah bertanya, ‘Mengapa kita harus membersihkan setiap hari? Bukankah kemarin sudah dibersihkan?’ ‘Anakku, ibu ingin kamu memiliki kebiasaan (habitus) membersihkan rumah. Ibu harap kamu juga melakukan hal yang sama dengan hidupmu. Setiap hari ada debu kotor yang menempel dalam hidup kita. Kalau kita tidak teratur membersihkannya, kotoran itu akan menjadi kulit kedua kita.’
Kalau hidup kita itu seperti rumah, sisi-sisi mana yang berantakan? Kerusakan-kerusakan mana yang perlu diperbaiki? Dinding-dinding mana yang perlu dicat ulang? Di ruang-ruang rahasia mana kita biasanya menyembunyikan sampah-sampah kehidupan kita? Apakah pekarangan kita mulai ditumbuhi tanaman liar atau mulai tandus tanahnya? Hanya dengan menata hidup, kita dapat merasakan tangan kasih Yesus yang terulur pada kita. Selamat memasuki masa Prapaskah 2006.
No comments:
Post a Comment