Kuasa Kata: Menyapa

Saya pada awalnya mendesain blog ini sebagai gudang penyimpanan tulisan. Saya kemudian mengalihkan fungsinya sebagai ruang kemanusiaan. Layaknya seorang photografer, saya membingkai berbagai kehidupan manusia dalam beragam frame. Blog ini menawarkan senyuman, tetapi sekaligus air mata kehidupan.
Semoga setiap nama dan peristiwa dalam blog ini menyapa hidup pembaca. Kata yang baik memiliki kuasa untuk menyapa.

Mutiara Andalas, S.J.


Wednesday, May 21, 2008

Resensi Buku Kesucian Politik oleh Loving St. Anthony

Sumber dokumentasi:
http://ekaristi.org/forum/viewtopic.php?t=5499&postdays=0&postorder=asc&&start=0&sid=7b583b29a2b9353e55dfca3a7c2e26e2

Loving St. Anthony
Sori, bukannya mempromosikan buku or barang, saya mau mempromosikan visi-misi: keadilan bagi para korban.

(catatan dari Mutiara Andalas, S.J.: Terima kasih Loving St. Anthony. Saudara sungguh-sungguh menangkap pesan kemanusiaan dari buku tersebut. Bagi teman-teman yang berminat membelinya, buku dapat dibeli di beberapa toko buku Gramedia, Gunung Agung, Agro, dan sebagainya)

Romo P. Mutiara Andalas SJ, sudah selesai menulis bukunya (gak tahu penerbitnya penerbit apaan). Saya dikasih sama temen yg dulu aktif di TruK (Tim Relawan untuk Kemanusiaan). Romo Andalas dulu, katanya, aktif juga di situ waktu masih frater or somethinglah…(Ia kini tengah studi Amrik).

Buku ini berangkat dari 1 gagasan: kita cenderung melupakan tragedi atau menyebut tragedi dengan sebutan lain atau melihatnya dari sudut mereka yang tidak menjadi “korban tragedi” tersebut.

Romo Andalas tidak sepakat di sini. Ia membuat semacam politik anamnesis, yaitu upaya melawan amnesia terhadap korban. Romo Andalas mencoba mengangkat tragedi kemanusiaan Mei 1998, Tragedi Semanggi I dan II dan tragedi lainnya dari kaca mata korban. Biarkan korban yang berbicara dan biarkan para aktivis, para pendamping dan teolog berbicara dari sisi korban.

Judul bukunya: Kesucian Politik: Agama dan Politik di Tengah Krisis Kemanusiaan, dengan diberi kata pengantar oleh Christianto Wibisono (kalo gak salah anggota keluarganya jadi korban juga).

-------------------------------------------------------------------------------------
Sinopsis

Buku ini lahir dari pengalaman dan keberpihakan penulis dalam mendampingi para korban tragedi kemanusiaan 1998 (Tragedi Mei 1998-Semanggi I-Semanggi II). Pengalaman tersebut sangat membekas dalam hatinya, sehingga penulis mengatakan:

    Kisah korban dan keluarga korban sering membuat saya tak kuasa meneteskan air mata. Kisah hidup mereka menjadi sangat dekat di pelupuk mata saya.

Berangkat dari pengalaman ini, penulis kemudian merefleksikan semuanya – terutama dari kaca mata iman. Dan pada gilirannya, ia mengundang pembaca untuk mendekati tragedi kemanusiaan dari perspektif iman kita masing-masing. Jadi, di dalamnya, kita akan berjumpa dengan praksis iman dari individu atau komunitas beriman dari berbagai tradisi, terutama kristiani (Para ibu Plaza de Mayo, Rigoberta Menchu, Aung San Suu Kyi, Elie Wiesel, Hannah Arendt, Jon Sobrino, dan para korban tragedi kemanusiaan 1998 di Indonesia) dalam berhadapan dengan isu kemanusiaan, seperti diskriminasi rasial, perkosaan massal, kekerasan militer, dan rezim kriminal.

Dengan begitu, penulis merangkum pengalaman, perasaan, pemikiran dan kesaksian mereka semua sehingga terbentuk suatu pemahaman atau visi-misi yang baru dalam memandang fakta/isu kemanusiaan tersebut. Itulah yang disebutnya sebagai politik anamnesis (yaitu suatu politik yang lahir dari sikap iman yang memihak dan mengenang para korban kemanusiaan).

Akhirnya, tujuan utama buku ini seperti dituturkan penulisnya:

    Buku ini mengundang kita sebagai pembaca untuk mengingat korban dan keluarga korban dari ancaman pelupaan sosial... Saya juga mengundang pembaca untuk menjadi pribadi-pribadi yang solider dengan paguyuban keluarga korban dalam melawan rezim kejahatan terhadap kemanusiaan. Kisah korban masa lalu akan menghilang jika kita tidak mengingatnya bersama keluarga korban sekarang.

-------------------------------------------------------------------------------------

Rekan2, baik yg secara langsung mengalami dampak tragedi kemanusian 1998 maupun tidak, mari kita hening sejenak mengenang para korban – baik yg disebut sebagai “pahlawan reformasi” maupun mereka yg mati terbakar di pusat2 perbelanjaan dan diberi stigma penjarah, baik mereka para mahasiswa atau pejalan kaki yg kena pentung maupun para korban kekerasan seksual berbau etnis.

Untuk merekalah buku dan visi-misi ini lahir…

Salam
LSA

No comments: