Kuasa Kata: Menyapa

Saya pada awalnya mendesain blog ini sebagai gudang penyimpanan tulisan. Saya kemudian mengalihkan fungsinya sebagai ruang kemanusiaan. Layaknya seorang photografer, saya membingkai berbagai kehidupan manusia dalam beragam frame. Blog ini menawarkan senyuman, tetapi sekaligus air mata kehidupan.
Semoga setiap nama dan peristiwa dalam blog ini menyapa hidup pembaca. Kata yang baik memiliki kuasa untuk menyapa.

Mutiara Andalas, S.J.


Friday, June 13, 2008

Sekerat Sandwich


Pagi ini udara sangat dingin. Saat melintasi jalan menuju stasiun kereta, saya berpapasan dengan seorang tuna wisma yang meringkuk di sebuah sudut toko. Tangannya yang gemetaran menengadah menanti belas kasih pejalan kaki yang lewat. Matanya baru setengah terbuka. Saat ia menggerakkan badannya, aroma kurang sedap keluar dari tubuhmu.
Saya merogoh-rogoh saku mencari recehan di sela-sela dompet. Saat mengumpulkan recehan, terbersit sebuah pikiran.
"Bapak ini pasti belum makan. Kalau cuaca mendung sepanjang hari, ia akan kesulitan mendapatkan rezeki."
Uang receh tak jadi keluar dari dompet. Saya memasukkannya ke dalam saku. Kemudian saya menarik selembar uang dari dompet.
Tangan tuna wisma itu gemetaran saat menerima uang saya.
"Tak pernah orang memberi saya sebanyak ini. Anda sungguh pribadi berbudi. Terima kasih."
"Terima kasih kembali."
Saya berlalu dari tempat itu dan setengah berlari mengejar kereta.
Sore harinya, saya kembali melewati jalan itu. Mata saya mencari-cari tuna wisma itu.
Tiba-tiba saya melihat sebuah lambaian tangan dari sebuah warung kopi. Saya menoleh ke belakang kalau-kalau orang itu melambaikan tangan pada orang di belakang saya.
"Saya?" tangan saya serentak menunjuk pada dada.
Orang di dalam warung itu mengangguk. Saya masuk warung dengan ragu-ragu. Saya merasa tak pernah kenal orang yang barusan memanggil saya.
"Mungkin ia mengganggap saya orang lain," kata saya dalam hati.
Ia mempersilakan saya duduk. Ia lalu memanggil pelayan dan meminta pisau. Ia lalu mengiris sandwich menjadi dua bagian dan menyerahkan setengahnya kepada saya.
"Saya memikirkanmu sepanjang hari."
"Apakah Anda mengenal saya," tanya saya masih keheranan.
"Saya ingin mengenalmu."
"Apakah kita pernah bertemu?"
Ia tersenyum. Ia memegangi janggutnya yang licin dan rambutnya yang diberi jel. Saya dapat merasakan aroma parfum dari tubuhnya.
"Pagi tadi Anda mengubah hidup saya. Setelah Anda memberi uang, saya memegang uang pemberian Anda. Saya lalu menuju toko serba ada. Saya membeli peralatan mandi, kemudian pergi ke tukang potong rambut, membeli parfum, dan masih tersisa uang cukup untuk dua orang. Saya ingin Anda berkenan menerima sekerat sandwich dari saya sebagai ungkapan terima kasih."



No comments: