Kuasa Kata: Menyapa

Saya pada awalnya mendesain blog ini sebagai gudang penyimpanan tulisan. Saya kemudian mengalihkan fungsinya sebagai ruang kemanusiaan. Layaknya seorang photografer, saya membingkai berbagai kehidupan manusia dalam beragam frame. Blog ini menawarkan senyuman, tetapi sekaligus air mata kehidupan.
Semoga setiap nama dan peristiwa dalam blog ini menyapa hidup pembaca. Kata yang baik memiliki kuasa untuk menyapa.

Mutiara Andalas, S.J.


Friday, July 4, 2008

Rakus

Sore ini saya masuk ke sebuah department store untuk belanja makanan kecil. Saat melewati gerai minuman berkarbonasi (soft drink), saya berpapasan dengan seorang perempuan yang besar tubuhnya melebihi kereta dorongnya. Kami sama-sama berhenti karena melihat tawaran menggiurkan.
"Department store ini rakus ya dalam mengambil keuntungan," kata perempuan itu membuka pembicaraan dengan saya.
"Maksud kamu?"
"Iya. Kalau kita membeli tiga botol besar minuman berkarbonasi, kita langsung mendapat tiga botol gratis. Mereka tidak memberikan paket beli satu gratis satu."
Ia mengetuk-ngetukkan jarinya pada sebuah botol minuman seolah tangannya sedang berhitung uang yang harus keluar dari dompetnya.
Ia kemudian berlalu dengan jalan pelan-pelan seakan masih meneruskan hitungan matematikanya yang belum selesai.
Seorang ibu lain lewat dengan anak kecilnya. Ia mengambil satu botol besar minuman dan memasukkannya dalam keranjang dorongnya.
"Minumannya sedang didiskon. Ibu nggak mau beli ekstra?"
"Satu botol cukup. Besok kita akan beli lagi kalau membutuhkannya," kata ibu itu sambil membusai rambut anaknya.
Tanpa sadar saya mengikuti kata-kata ibu itu. Saya mengambil satu botol minuman besar dan kereta belanjaan saya meluncur ke gerai-gerai lainnya.
Saat antre di loket pembayaran, saya melihat lagi perempuan gemuk dengan keranjang belanjaannya yang bertumpuk barang. Mata saya iseng menghitung jumlah minuman botol yang ia taruh di atas meja loket. Ia tak kuasa melawan paket "beli tiga gratis tiga."
Saya tertegun sejenak sambil menanti giliran pembayaran.
"Tak mengherankan Paus Benedictus XVI menyatakan penumpukan kekayaan secara rakus sebagai dosa baru dunia saat ini."

No comments: