Kuasa Kata: Menyapa

Saya pada awalnya mendesain blog ini sebagai gudang penyimpanan tulisan. Saya kemudian mengalihkan fungsinya sebagai ruang kemanusiaan. Layaknya seorang photografer, saya membingkai berbagai kehidupan manusia dalam beragam frame. Blog ini menawarkan senyuman, tetapi sekaligus air mata kehidupan.
Semoga setiap nama dan peristiwa dalam blog ini menyapa hidup pembaca. Kata yang baik memiliki kuasa untuk menyapa.

Mutiara Andalas, S.J.


Monday, October 6, 2008

Gereja dan Kekerasan terhadap Perempuan




Sumber dokumentasi:
http://gbgm-umc.org/images/photobank/f0158.jpg

Aruna Gnanadason

GEREJA DAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN


Data statistik baru menyingkap

sebagian kekerasan terhadap perempuan.

Aruna Gnanadason[1]

Seorang perempuan rupawan suatu kali pulang malam dari tempat kerja. Tanpa sepengetahuannya segerombolan berandal mengikutinya. Saat melewati daerah gelap, berandal menyergapnya, mengambil barang berharga, dan berusaha memperkosanya.

Ia berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan diri mereka. Ia meronta sambil berteriak sekuat tenaga,

“Tolong! Hansip!”

Setelah berhasil melolosi semua pakaian calon korbannya, mereka bergantian menggagahinya. Setelah beberapa saat, teriakan minta tolong kepada aparat keamanan itu berubah menjadi desahan erotis berulang-ulang.

“Tol....Sip!”[2]

Saya seringkali mendengarkan humor senada dari mulut laki-laki saat santai. Pendengar kisahnya biasanya menyambut dengan tawa karena korban yang semula menolak kemudian menikmati perkosaan. Kisah penderitaan perempuan masih sering mendapatkan tanggapan senada. Alih-alih menumbuhkan solidaritas terhadap perempuan, sebagian mengabaikannya dengan menolak kebenarannya, menyunting kebenarannya, meremehkannya (trivialization) atau menerima kejahatan terhadap perempuan sebagai rutinitas sehari-hari (banalization). Tulisan ini hendak menyingkap beragam penderitaan terhadap perempuan dan perubahan sikap Gereja terhadapnya.


[1] Aruna Gnanadason, No Longer A Secret: The Church and Violence against Women (Geneva: WCC Publications, 1996),

[2] Terjadi permainan bahasa dengan pergantian kata ‘tolong’ menjadi ‘tol’ yang merupakan kependekan dari kata kontol untuk menyebut alat kelamin laki-laki. Kata ‘hansip’ yang semula berarti aparat keamanan mengalami pemendekan kata menjadi ‘sip’ yang mengungkapkan kenikmatan.


2 comments:

Anonymous said...

Aduhhhh dimana sih perasaan orang -orang itu kok bisa begitu "biadab"nya terhadap sesama kaum hawa? Lupa kali ya kalau mereka lahir dari wanita?

Mutiara Andalas said...

Bahkan dalam humor/lelucon/guyonan, perempuan pun dilecehkan.