
Kesempatan Terakhir
Sewaktu mengajar di Xavier High School di Federated States of Micronesia, saya mendapat tugas mendampingi siswa yang menjalani probasi akademik. Setiap hari Sabtu pagi mereka mendapat waktu belajar ekstra untuk mengejar ketinggalan.
Beberapa guru frustasi dengan mereka.
“Apakah nggak pernah berkaca? Kalian bodoh dan nakal sekaligus. Kalian lebih baik keluar dari sekolah ini.”
Saya hampir melontarkan kata-kata serupa setiap kali melihat mereka malas-malasan memasuki ruang studi.
Di tengah tahun akademik, sekolah mencatat beberapa murid yang sebaiknya meninggalkan sekolah. Sebagian dari mereka mendapat bimbingan akademik dari saya.
“Sekolah hanya menemukan hal-hal negatif dalam diri mereka.”
Saat memanggil mereka ke kantor, saya menyampaikan pesan pihak sekolah kepada mereka.
“Kalian barangkali dapat bersiap-siap untuk berkemas dan mencari sekolah yang lebih cocok.“
Beberapa murid terdiam setelah saya berbicara demikian.
Beberapa serta merta memeluk saya. Sebagian meneteskan air matanya.
Satu kalimat terlontar dari bibir mereka.
“Beri kami kesempatan terakhir?”
No comments:
Post a Comment