Seorang pemimpin
perlu cakap lidah,
namun lebih perlu cakap telinga.
Mutiara Andalas, S.J.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Mutiara Andalas
Buku Terbaru
Just For You: Mutiara-Mutiara Kehidupan (Yogyakarta: Kanisius, 2009)
Teologi Feminis Asia
Lahir dari Rahim: Wacana Perempuan Asia tentang Allah di Era Globalisasi
Ikatan Keluarga Orang Hilang
Theologian as the Poet of God (USA: Lulu, 2008)
Kesucian Politik (Jakarta: Libri, 2008)
Mutiara Kasih (USA: Lulu, 2008)
Humanitas sebagai Solidaritas dalam buku KOMPAS
Remembering the May Tragedy of 1998
Bersama Muhamad Ali, Beni Bevly, dan Bu Herning
Diskusi dengan Bang Yos di SF
Stop Racial Discrimination!
Beriman Cerdas dan Membebaskan
Kauseka Airmataku dari Surga
Celebrating Life
Hilmar Farid & Nursyahbani K
Religious-Intellectual-Activist
KKI Sacramento & Rm. Galih, Pr
Politik Anamnesis
Rm. Mudji Sutrisno, SJ di tengah Korban Mei 1998
Bersama Edy Lembong dkk
Fides Quarens Intellectum, Fides Quarens Liberationem (Integrasi antara Kecerdasan Iman dan Praksis Liberatif)
Berkeley
Peduli Ekologi
8 comments:
yeah! kadang memberikan telinga itu jauh lebih susah daripada memberikan mulut..
Dear Vania,
thank u vania for a lovely response
betul sekali romo, makanya saya coba terus untuk belajar mendengarkan dan menghargai opini orang, apalagi yg mungkin bertentangan dengan saya hehe
betul Romo, kalau boleh share James 1:19 Everyone should be quick to listen, slow to speak and slow to become angry.
Dear Jeff dan Maryjo Cherry, terima kasih banyak, juga kutipan teksnya.
Wah pas sekali Romo. Emang lagi diperlukan kutipannya.
Meskipun saya bukan di posisi sbg leader, kutipannya tetap applicable.
Dear Wenny, bagaimana kabarmu?
Terima kasih ya atas tanggapannya.
Post a Comment