Kuasa Kata: Menyapa

Saya pada awalnya mendesain blog ini sebagai gudang penyimpanan tulisan. Saya kemudian mengalihkan fungsinya sebagai ruang kemanusiaan. Layaknya seorang photografer, saya membingkai berbagai kehidupan manusia dalam beragam frame. Blog ini menawarkan senyuman, tetapi sekaligus air mata kehidupan.
Semoga setiap nama dan peristiwa dalam blog ini menyapa hidup pembaca. Kata yang baik memiliki kuasa untuk menyapa.

Mutiara Andalas, S.J.


Thursday, January 22, 2009

Quotation on Mengajar




Seorang guru
suatu ketika barangkali
lupa dengan bahan pelajaran
yang pernah diajarkannya
namun mengingat
pelajar yang pernah diajarnya.

Mutiara Andalas, S.J.

13 comments:

Anonymous said...

bener banget, mo!
a mungkin aga2 lupa apa yang penah a ajarin di kelas dulu, tapi a ga pernah lupa ma murid2 a satu orangpun :)

Mutiara Andalas said...

:-) Saya baru aja ketemu murid di USD yang dulu saya ajar. Dia heran sekali karena saya masih kenali dia. Lols!

Anonymous said...

saiia setuju!! =]

Mutiara Andalas said...

Dear Vania,
thank you for reading this little piece of note...

Anonymous said...

iya Mo,,, sama2...
teruz jdi inspirasi buat org laen Mo.. =]

Mutiara Andalas said...

makasih fotonya ya

Anonymous said...

heheh,,, iya Mo..
saiia malu j,, tampangnya lagi jelek bgt! ;)

Mutiara Andalas said...

ekspresif kok

Anonymous said...

haha,, romo ki,, jd malu saiia,, =")
eh Mo,, seorang guru jg gag bakal lupa ma sikap ato sifat muridnya,,, yaa gag to?

Mutiara Andalas said...

barangkali murid nggak sadar, kalau guru juga memperhatikan diri kita lebih daripada sekedar urusan akademik
misalnya tiba-tiba guru bilang, 'kamu lagi sedih ya? lagi ada masalah?'

Mutiara Andalas said...

"iya saiia stuju!! =]"

Anonymous said...

kalau gurunya nggak ada di sekitar, kita baru tahu betapa kita kehilangan rasa care itu. Nggak semua anak dapat 'care' dari rumah, jadi kadang-kadang sinis.
Inget waktu itu dolan ke stero (curhat colongan nich) ada anak bilang pada saya, 'Kalau pun saya cerita pada romo, romo nggak akan mampu menyelesaikan persoalan saya.'
saya menganggukkan kepala.
'sekurang-kurangnya saya memiliki telinga yang mampu mendengarkan kisahmu.'
setelah akhir rekoleksi/retret ia menulis pesan pendek
'thank u for not turning away when i respond to u harshly. I am more relieved now.'
so simple... listening... it only needs spending time with her... and big ears...

Anonymous said...

ya,, kadang membantu itu gag perlu pake mulut,, tapi cukup pake telinga dan hati.. =]

*meski kadang juga byk org yg ngerasa klo gag pake mulut tuh gag mantep*