
Ibu Suka Cita
Setiap minggu Teresa Calcutta berkunjung ke kawasan kumuh.
“Saya kadang datang kepada mereka tanpa sumbangan di tangan. Kalaupun membawa sesuatu, kami hanya memiliki sedikit untuk diberikan kepada mereka. Saya membawa kado suka cita.”
Saat melihat kedatangannya, sejumlah anak berlarian dengan sapaan
“Ibu.”
Teresa memasuki sebuah rumah tinggal bersama. Sekitar dua belas keluarga tinggal di bawah satu atap. Setiap keluarga tinggal dalam ruang panjangnya dua meter dan satu setengah meter lebarnya.
“Pintunya sempit sekali dan atapnya rendah sekali. Saya harus menciutkan badan untuk masuk. Banyak penghuni menderita tubercolusis (TBC),” ujar Teresa.
“Kita banyak mengira mereka mengeluhkan kondisi kemiskinan. Kesulitan hidup memojokkan hidup mereka, namun suka cita tetap bersemayam dalam hati mereka.”
Saat pulang dari kunjungan, salah seorang ibu bertutur padanya,
“Ibu Teresa datanglah kembali kemari. Senyumanmu membawa terang matahari ke dalam rumah kami.”
Teresa menulis renungan tentangnya,
“Suka cita lahir dari rahim hati yang dibakar cinta. Ia bersinar dalam mata, paras, dan percakapanmu.”
No comments:
Post a Comment