Kuasa Kata: Menyapa

Saya pada awalnya mendesain blog ini sebagai gudang penyimpanan tulisan. Saya kemudian mengalihkan fungsinya sebagai ruang kemanusiaan. Layaknya seorang photografer, saya membingkai berbagai kehidupan manusia dalam beragam frame. Blog ini menawarkan senyuman, tetapi sekaligus air mata kehidupan.
Semoga setiap nama dan peristiwa dalam blog ini menyapa hidup pembaca. Kata yang baik memiliki kuasa untuk menyapa.

Mutiara Andalas, S.J.


Wednesday, August 8, 2007

Utopia Solidaritas

Utopia Solidaritas

Natal adalah perayaan menyambut Allah kehidupan yang berinkarnasi di dunia yang memeluk kultur kematian. Bethlehem menjadi simbol mayoritas rakyat miskin di periferi yang memperjuangkan utopia kehidupan. Ia menjadi lokasi perjumpaan Allah kehidupan dengan manusia yang sedang mengantre kehidupan. Perayaan Natal merupakan undangan bagi komunitas beriman kristiani untuk berinkarnasi dalam masyarakat Indonesia yang dirusak berhala-berhala kematian.Kita diundang untuk sehati-seperasaan dengan Allah yang memiliki utopia kehidupan bagi umat yang dikasihi-Nya.


Kultur Kematian
Kisah kelahiran Yesus dimulai dengan Maria dan Yosef yang mencari tempat penginapan untuk kelahiran bayi mereka. Gustavo Gutierrez, penggiat terkemuka teologi pembebasan, bertutur bahwa rakyat miskin bertanya serius mengenai kemungkinan memiliki ruang hidup di abad ini. Dunia yang hidup dengan eros kultur kematian semakin menutup ruang hidup bagi rakyat miskin. Kisah Maria dan Yosef yang tak mendapat tempat penginapan untuk kelahiran bayi mereka menjadi kisah banyak rakyat miskin di Indonesia. Tahun ini Indonesia berada dalam situasi yang oleh Paus Yohanes Paulus II (1920-2005) disebut sebagai kultur kematian. Ia adalah kultur barbaritas yang memuliakan atau menyembah kematian. Ia menunjuk situasi-situasi dimana janin kehidupan manusia cenderung digugurkan atau kehidupan baru manusia dihentikan secara paksa. Paus Yohanes Paulus II prihatin dengan banyak kehidupan manusia yang berada dalam ancaman kematian prematur karena kuasa-kuasa anti-Allah kehidupan. Kasus lumpur panas di Sidoarjo tahun ini menjadi ikon kehidupan rakyat Indonesia yang mengantre kehidupan.
Kuasa anti-Allah kehidupan dalam kisah kelahiran Yesus mendapatkan manifestasi historis dalam rezim Herodes. Mereka menggagahi humanitas rakyat miskin dan menghilangkan martabat humanitas korbannya. Kelahiran Yesus merupakan utopia kehidupan bagi rakyat yang hidup dalam penderitaan dan berada dalam ancaman kematian prematur (the suffering people). Sebaliknya, kelahiran Yesus dibaca sebagai ancaman terhadap rezim penganut kultur kematian ini. Ia mengeluarkan surat perintah untuk melakukan pembantaian massal terhadap kanak-kanak yang seusia kelahiran Yesus. Ia hendak memutus kehidupan Yesus, sang Utopia kehidupan. Yosef dan Maria menjadi ikon mereka yang membela kultur kehidupan dari ancaman kematian prematur.
Tahun ini masyarakat Indonesia juga berhadapan dengan banyak kisah kematian prematur rakyat kecil akibat kultur kematian. Kehidupan rakyat miskin lagi-lagi hendak dibunuh dengan korupsi data statistik. Kemiskinan hendak dihapus paksa dengan penggelapan angka, bukan dengan memanusiakan mereka. Rakyat miskin terus-menerus direduksi humanitasnya menjadi sekedar kata benda, non-persons. Pembiaran kekerasan di zona-zona konflik juga memberi isyarat bahwa kita masih memberi ruang hidup pada kultur kematian. Korupsi sudah menjadi menjadi kosa kata baru dalam institusi negara kita. Pembalakan ekologi sudah mencapai tahap ecocide karena sudah sampai tahap menyerang keberlangsungan hidup alam dan manusia.

Utopia Kehidupan
Komunitas beriman kristiani dalam perayaan Natal tahun ini diundang untuk menjadi partisipan aktif dalam memperjuangkan utopia kehidupan. Perjuangan itu tak pernah dimulai dari altar Herodes, tetapi dari pelataran Bethlehem. Utopia kehidupan tidak pernah mulai dari lokasi dimana para penyembah kultur kematian menghambur-hamburkan hidup rakyat kecil. Ia mulai dari lokasi-lokasi dimana mayoritas rakyat kecil membela nafas kehidupan mereka dari ancaman kematian prematur. Utopia kehidupan lahir dari rakyat miskin di periferi yang sedang mengantre kehidupan. Para gembala di padang rumput Bethlehem adalah potret masyarakat di periferi yang mengantre kehidupan dan memeluk kultur kehidupan. Di Bethlehem kelahiran Yesus menjadi berita suka cita karena memberikan utopia kehidupan bagi rakyat tersalib (the crucified people).
John Dominic Crossan dalam Jesus: A Revolutionary Biography (1994) menggambarkan hidup kontras mereka yang hidup di kursi-kursi empuk kekuasaan dan mereka yang hidup di balai-balai keras penderitaan. Hidup mereka yang berada dalam kekuasaan dicatat dengan tanggal dan tempat secara teliti. Sebaliknya, hidup masyarakat yang mengalami ketidakadilan sosial, dominasi luar negeri, dan eksploitasi kolonial tak pernah masuk dalam catatan resmi negara. Sensus penduduk dilaksanakan demi kepentingan pajak, bukan demi agenda kemanusiaan rakyat.

Inkarnasi di Periferi
Oscar Romero dari El Salvador (1917-1980) bertutur bahwa kemiskinan spiritual menjadi syarat utama bagi komunitas beriman kristiani untuk merayakan Natal dalam arti yang sebenarnya. Eros self-sufficiency, kesombongan, kekayaan dan subordinasi terhadap yang lain menjadi penghalang utama kita merayakan kelahiran Yesus. Para pemeluk eros kultur kematian ini tidak pernah merayakan Natal karena mereka sejak awal menegasi Allah kehidupan. Romero mengundang umat kristiani untuk tidak mencari bayi Yesus di palungan indah, tetapi diantara anak-anak miskin yang kelaparan dan tidur berselimutkan koran.
Kerusakan kemanusiaan Indonesia tahun ini pertama-tama dan terutama tidak disebabkan oleh bencana alam, melainkan bencana sosial. Bulan-bulan terakhir ini kita menyaksikan antrean panjang rakyat miskin di periferi yang mengantre kebutuhan-kebutuhan pokok kehidupan. Dari periferi kita mendengar seruan lirih, bahkan tangisan korban untuk berjumpa Allah kehidupan. Natal adalah perayaan inkarnasi Allah dalam masyarakat manusia yang dirusak berhala-berhala kematian (idols of death). Ia sekaligus adalah undangan bagi komunitas beriman kristiani untuk berinkarnasi dalam dunia yang mendambakan kultur kehidupan. Komunitas beriman kristiani diundang hadir di Bethlehem zaman ini, tempat mayoritas rakyat kecil dan menderita sedang membela nafas kehidupannya dari ancaman kematian prematur (SELESAI).

No comments: