Kuasa Kata: Menyapa

Saya pada awalnya mendesain blog ini sebagai gudang penyimpanan tulisan. Saya kemudian mengalihkan fungsinya sebagai ruang kemanusiaan. Layaknya seorang photografer, saya membingkai berbagai kehidupan manusia dalam beragam frame. Blog ini menawarkan senyuman, tetapi sekaligus air mata kehidupan.
Semoga setiap nama dan peristiwa dalam blog ini menyapa hidup pembaca. Kata yang baik memiliki kuasa untuk menyapa.

Mutiara Andalas, S.J.


Thursday, September 20, 2007

Introducing Beni Bevly


Kebijaksanaan sering diukur dengan uban. Apakah kecerdasan juga? Jika jawabannya positif, kita ketemu pribadi yang memenuhi kriteria tersebut. Ia adalah sahabat saya sendiri, Beni Bevly. Selama raodshow kemanusiaan ini, Suryo dan saya memberikan julukan baru kepada Beni sebagai akademisi cerdas. Di Indo, bahkan di US, banyak akademisi sok cerdas. No offense,guys. Selama roadshow, Suryo dan saya sangat cemas kalau banyak peserta akan menanyakan soal-soal yang "high politics" atau "US type of question: "njlimet"). Namun, kecemasan itu segera hilang karena Beni Bevly selalu di sisi kita. Wawasan sejarah dan politik Indonesianya pantas diacungi jempol. Ia bisa bicara secara cerdas mengenai ideologi-ideologi besar macam komunisme hingga Cornell Papernya Ben Anderson untuk audiens dengan latar belakang akademik yang berbeda. Wah...wah...wah... kecerdasannya bikin kita "ngiler." "Beni kok bisa secerdas itu ya," komentar Suryo nggak bisa nahan diri untuk bertanya. Alhasil, Suryo dan saya senantiasa aman kalau Beni ada di samping kita saat presentasi. Kalau mulai ada pertanyaan-pertanyaan yang lumayan "aneh" di telinga kita, kita langsung menoleh pada Beni. "Giliran, eloe, Ben yang jawab." Seperti biasa, Beni dengan gaya cool-nya meladeni pertanyaan-pertanyaan itu. Wah benar-benar lulusan FISIP UI. Akhirnya kita memang jadi the new "Il Divo" dalam roadshow kemanusiaan ini.

10 comments:

Jennie S. Bev said...

>Fides Quarens Intellectum, Fides Quarens Liberationem (Integrasi antara Kecerdasan Iman dan Praksis Liberatif)

Wow, what a dahsyat slogan ya. That's your positioning statement, apparently. Keep up the great job.

Mutiara Andalas said...

seperti dalam republik mimpi, membuat MIMPI jadi KENYATAAN. Mindset Sukses, dalam istilah bisnis.

Mutiara Andalas said...

Jennie, kemarin dapat e-mail dari redaksi BASIS. Diminta nulis artikel lagi. Cihuui... ini contekan judulnya Ibu Sumarsih: "Kauseka Air Mataku dari Surga" Itu Ibu yang ada di pelupuk mata saya ketika presentasi. Wah harus agak ngebut nich nulisnya...

Jennie S. Bev said...

Met nulis ya. :) Sukses selalu. "Mindset sukses" itu trademark saya. (wahahaha...)

Andrew said...

Super intelligent and cool guy!

Mutiara Andalas said...

wah... jennnie...ehm... benny bisa jadi model pertama saya untuk integrasi antara kecerdasaran iman dan praksis liberatif.

Jennie S. Bev said...

Wah, itu kan pendapat Anda. ;)

Mutiara Andalas said...

ha..ha..ha... kira-kira beni sendiri mau nggak ya dijadikan model?

Anonymous said...

Setelah sekian lama dan tidak tahu berkomentar seperti apa, akhirnya aku beranikan diri nongol.

Bukan membenarkan dan juga tidak berani membantah apa yang Romo sebutkan :). Yang jelas jika ingin duduk berdampingan dengan Romo dan Suryo, tidak ada pilihan lain kecuali mempersiapkan diri dengan lebih banyak belajar, membaca dan berdiskusi (di antaranya dengan Romo dan Suryo). Jika aku tidak melakukan hal ini, jelas aku tidak akan pantas untuk duduk dengan dua tokoh yang luar biasa ini.

Karena Romo dan Suryo jugalah, maka wawasan aku banyak terbuka. Terima kasih.

(Romo aku curi artikel di atas untuk di blogku, supaya narcis-ku menjadi sempurna ... :)

Mutiara Andalas said...

duduk sama rendah berdiri sama tinggi... silakan deh... nggak narcis kok... namanya pede. Bisa minta jennie untuk perbedaan antara narcis dan pede.