Balada Siti Aisah
oleh Anastasia F. Lioe
Belum ganap tujuh tahun umurmu
ketika kau ayun kaki mungilmu
menyeret langkah ke setiap stopan
cekung matamu menandakan kau kurang makan
Siti Aisah namamu
terlahir dari rahim pelacur jalanan
nasiblah yang membawamu menjadi piatu
Dimanakah ayahmu, nak?
tak seorangpun tahu
mungkin dia lelaki hidung belang
yang sering melempar recehan
dari balik jendela BMW merah menyala
Diterik mentari kau susuri jalanan ibu kota, tiada lelah tiada keluh, apalagi kesah, mengais rupiah di setiap perempatan, tahunpun berlalu
Ketika dadamu membukit dan
cekung dimatamu mulai dalam
pipimu berpupur, bibirmu bergincu
Dalam remang sinar rembulan
kau berkelana dari satu stopan ke stopan, tawa cekikik-mu menggoda birahi, larut terhanyut dalam dekapan lelaki yang mengukur cinta dengan kemesuman
nikmati hidup ini lewat kepulan asap mariyuana
Suatu kala dalam gerimis malam
kau meringkuk lemah disudut stopan
tubuhmu demam didera sakau
cekung dimata semakin dalam
tampak perutmu membuncit pula
terkapar diam dalam gelimang sumpah-serapah
(BuMa, 23 Juni 2006)
Kuasa Kata: Menyapa
Saya pada awalnya mendesain blog ini sebagai gudang penyimpanan tulisan. Saya kemudian mengalihkan fungsinya sebagai ruang kemanusiaan. Layaknya seorang photografer, saya membingkai berbagai kehidupan manusia dalam beragam frame. Blog ini menawarkan senyuman, tetapi sekaligus air mata kehidupan.
Semoga setiap nama dan peristiwa dalam blog ini menyapa hidup pembaca. Kata yang baik memiliki kuasa untuk menyapa.
Mutiara Andalas, S.J.
Saturday, September 22, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment