Para Sahabat,
Tadi malam saya menelepon Ibu Sumarsih. Ibu Sumarsih, Bapak Arif, dan Irma datang ke acara tahbisan saya sebagai Romo. Mereka memberikan jubah, pakaian ibadat Katolik, sebagai kado tahbisan saya. Waktu itu saya membuat kartu ucapan tahbisan. Saya mempersembahkan tahbisan saya untuk para korban kekerasan negara, teristimewa Bernardinus Realino Norma Imawan.
Saya bercerita mengenai proyek 'kemanusiaan' yang sedang saya jalankan bersama para sahabat di Amerika. Ia ada dalam ingatan saya saat saya presentasi "Amnesia Korban" di Sacramento dan Oakland. Negara secara sistematis hendak memisahkan korban dari pengalaman penderitaan, dan hendak menceraikan korban dengan dunia sosialnya. Kata Ibu Sumarsih, "Perjalanan mengenang korban semakin berat karena negara berhasil menciptakan pelupaan sosial. Masyarakat dalam perjalanan waktu cenderung menghilang kepeduliannya terhadap korban." Saya cerita bahwa saya sedang serius menyiapkan sebuah buku "Berpaling kepada Wajah Korban." Ibu Sumarsih dan suaminya juga berencana menuliskan ziarah mereka menuntut keadilan hukum bagi para korban tragedi kekerasan negara. Moga proyek tulisan kemanusiaan jadi sebagai peringatan 10 tahun tragedi itu tahun depan. Mau ikut bantu merealisasikan proyek kemanusiaan ini?
"Perjuangan manusia untuk menolak kekuasaan yang sewenang-wenang adalah perjuangan ingatan melawan lupa"Milan Kundera dalam The Book of Laughter and Forgetting (1994)
Tindakan dalam proses advokasi bukanlah semata-mata aktivisme, melainkan gerakan mengembalikan korban kepada fitrahnya, sebagai manusia, yaitu subyek yang dapat bertindak otonom dalam sebuah dunia yang ditinggal bersama.(Karlina Supelli)
Kebenaran adalah wilayah yang terus-menerus diperebutkan dalam wacana di ruang publik. Dalam tragedi politik, ironisnya, ada ketimpangan yang dalam antara keluarga korban dan pelaku kekerasan. Apara pemerintah punya alasan yang cukup kuat untuk melakukan kekerasan atas nama stabilitas kekuasaan. Ada pun keluarga korban meyakini ahwa tindakan kekerasan itu merupakan pelanggaran terhadap hak manusia yang paling asasi.(Maria Hartiningsih)
p.s. surat "Kauseka Airmataku dari Surga" udah diupdate. So, silakan baca kelanjutannya...
No comments:
Post a Comment