
Suatu ketika saya berkunjung ke sebuah keluarga sederhana. Seperti biasa, saya dipersilakan tuan rumah untuk duduk. Sambil menunggu, saya memperhatikan suasana sekitar. Pandangan saya langsung tertuju pada seikat mawar di ruang tamu. Ia persis diletakkan di tengah meja. Mawar-mawar itu mulai layu di sana-sini. Di samping vas mawar itu ada sebuah kartu ucapan berwarna mawar juga. Ada kisah tertulis di situ.
Seorang istri saat pulang ke rumah mendapati suami terkasihnya diserang demam. Ia lalu bergegas membawa suami ke sebuah rumah sakit. Bahkan, ia harus membawa suami pindah dari satu rumah sakit ke rumah sakit lainnya untuk mendapatkan perawatan intensif. Ia tak membawa apa pun, kecuali hatinya. Ia menunggu kedinginan di rumah sakit hampir selama 12 jam untuk menemani suaminya yang sedang mendapatkan perawatan medis. Isteri itu di sela-sela menunggu suaminya berbicara dalam hatinya, "Barangkali penderitaan terbesar orang yang menunggui orang sakit adalah kita ingin membantu merawatnya, tetapi kita tidak tahu harus bagaimana."
Setelah hari yang melelahkan itu, suami diperkenan dokter pulang ke rumah dan mendapatkan perawatan jalan. Ritme hidup keluarga itu kembali berjalan normal.
Seperti biasa istri pulang sore hari. Saat melintasi ruang tamu, ia menemukan ada yang spesial di ruang tamu itu. Ada seikat bunga mawar merah di tengah meja tamu dengan sebuah kartu. Sejenak ia termenung. Ia merasa tidak ada yang spesial hari-hari ini. Siapa yang mengirimkan bunga itu. Pelan-pelan ia membuka kartu berwarna mawar itu. "Untuk istri dan mama anak-anak-anak. Engkau sungguh menjadi partner setara dalam hidupku." Tertanda suamimu.
Bunga mawar itu boleh layu dimakan waktu. Namun cinta suami istri itu tak pernah layu.
Seorang istri saat pulang ke rumah mendapati suami terkasihnya diserang demam. Ia lalu bergegas membawa suami ke sebuah rumah sakit. Bahkan, ia harus membawa suami pindah dari satu rumah sakit ke rumah sakit lainnya untuk mendapatkan perawatan intensif. Ia tak membawa apa pun, kecuali hatinya. Ia menunggu kedinginan di rumah sakit hampir selama 12 jam untuk menemani suaminya yang sedang mendapatkan perawatan medis. Isteri itu di sela-sela menunggu suaminya berbicara dalam hatinya, "Barangkali penderitaan terbesar orang yang menunggui orang sakit adalah kita ingin membantu merawatnya, tetapi kita tidak tahu harus bagaimana."
Setelah hari yang melelahkan itu, suami diperkenan dokter pulang ke rumah dan mendapatkan perawatan jalan. Ritme hidup keluarga itu kembali berjalan normal.
Seperti biasa istri pulang sore hari. Saat melintasi ruang tamu, ia menemukan ada yang spesial di ruang tamu itu. Ada seikat bunga mawar merah di tengah meja tamu dengan sebuah kartu. Sejenak ia termenung. Ia merasa tidak ada yang spesial hari-hari ini. Siapa yang mengirimkan bunga itu. Pelan-pelan ia membuka kartu berwarna mawar itu. "Untuk istri dan mama anak-anak-anak. Engkau sungguh menjadi partner setara dalam hidupku." Tertanda suamimu.
Bunga mawar itu boleh layu dimakan waktu. Namun cinta suami istri itu tak pernah layu.
3 comments:
Wah banyak foto2 baru yang senyum. ;)
kemarin coba-coba pasang aksi di depan kamera... memang susah jadi model...
"Katakanlah dengan bunga" Walau mawar penuh berduri, namun mempunyai banyak arti.
Seperti yang sering diingatkan dalam Misa oleh Romo kata-kata Mother Teresa "Kasih dimulai dari orang-orang yang terdekat dengan kita"
sr.
Post a Comment