Kuasa Kata: Menyapa

Saya pada awalnya mendesain blog ini sebagai gudang penyimpanan tulisan. Saya kemudian mengalihkan fungsinya sebagai ruang kemanusiaan. Layaknya seorang photografer, saya membingkai berbagai kehidupan manusia dalam beragam frame. Blog ini menawarkan senyuman, tetapi sekaligus air mata kehidupan.
Semoga setiap nama dan peristiwa dalam blog ini menyapa hidup pembaca. Kata yang baik memiliki kuasa untuk menyapa.

Mutiara Andalas, S.J.


Friday, October 19, 2007

Kemiskinan, Fakta yang Digelapkan


Kemajuan ekonomi suatu negara sering mau diukur dari peningkatan jumlah orang kaya. Takaran kemajuan ekonomi seperti ini menurut saya sangat lemah, dan bahkan sangat berbahaya. Peningkatan jumlah orang kaya atau kekayaan menurut saya merupakan takaran yang tak boleh ditempatkan dalam posisi utama untuk mengukur kemajuan ekonomi suatu negara. Takaran kemajuan ekonomi demikian juga sangat berbahaya karena dapat mengalihkan realitas kemiskinan yang masih menjadi realitas utama negara kita.

Kemajuan ekonomi suatu negara pertama-pertama harus ditakar dari penurunan jumlah orang miskin. Ekonomi yang baik tak hanya menguntungkan sebagian kecil elit ekonomi, tetapi menyentuh semua lapisan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang sejati terutama harus membela keberlangsungan hidup rakyat miskin. Ekonomi yang berpihak pada rakyat didesain untuk mengentaskan mereka dari keterpurukan ekonomi.

Kita hendaknya belajar dari Muhammad Yunus, seorang bankir ekonomi, yang berbicara mengenai kemajuan ekonomi dengan cara mengentaskan rakyat miskin di Bangladesh. Muhammad Yunus sangat prihatin dengan hidup rakyat miskin yang beralih dari terkaman rententir satu ke rentenir yang lain. Bahkan, ia melihat orang-orang yang menjadi budak kerja untuk para pelepas uang itu. Orang-orang miskin itu kebanyakan huta huruf dan tidak memiliki surat jaminan. Bank-bank umum didesain untuk melayani mereka yang memiliki uang. Bank Grameen justru didesain untuk memberikan pinjaman kepada mereka yang dibelit kemiskinan dan pelepas uang.

Muhammad Yunus dan mereka yang memiliki gagasan brilian senada dengannya bercita-cita menempatkan kemiskinan dalam museum. Kemiskinan hanya akan menjadi fosil masa lalu kalau kita sekarang serius menangangkat taraf hidup rakyat miskin.. Di Indonesia kita semakin berhadapan dengan meningkatnya angka kemiskinan. Alih-alih diperhatikan, angka kemiskinan ini sering digelapkan dalam laporan pemerintah. Orang miskin ada, tetapi ditiadakan dalam laporan. Orang miskin dibunuh dengan data kemiskinan yang menggelapkan eksistensi mereka.

Pemerintah hendaknya tidak cepat terbuai dengan survei-survei ekonomi semacam yang tidak peka terhadap realitas kemiskinan. Jika tidak berhati-hati, survei-survei ekonomi semacam itu hanya menampilkan citra palsu ekonomi negara kita. Pemerintah Indonesia hendaknya tidak berfokus pada jumlah orang kaya, tetapi sebaliknya pada jumlah orang miskin. Kemiskinan itu menjadi persoalan utama dan fundamental dari hidup bangsa kita. Namun kemiskinan seringkali sekedar ditempatkan dalam catatan kaki keuangan negara kita. Negara-negara yang memperhatikan rakyatnya yang berada di bawah garis kemiskinan tidak akan pernah bankrut atau jatuh miskin dalam sejarah. Mereka justru mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat karena kebijakan ekonomi yang mengingat realitas orang miskin.

Para elit politik negara kita terkenal mengobral janji perbaikan ekonomi rakyat miskin dalam pemilu. Mereka cenderung mengambil jarak dari rakyat miskin yang pernah memberkan dukungan politik terhadap mereka saat sudah menjadi elit politik. Semoga pemerintah periode ini dan selanjutnya tak mengingkari janji politiknya terhadap rakyat miskin. Jangan menunda perhatian kepada rakyat miskin. Negara yang memperhatikan rakyat miskin akan cepat keluar dari krisis ekonomi, dan mencapai pertumbuhan ekonomi yang mengagumkan bagi seluruh rakyat negara itu. Semoga pemerintah senantiasa memperhatikan ekonomi rakyat miskin kareana kemiskinan di Indonesia itu bukan fiksi, melainkan fakta fundamental.

No comments: