....Rezim otoriter di Burma periode ini menganut politik kekuasaan. Mereka tidak memberikan peran penting kepada rakyat dan oposisi politik demokratis yang mewakili kepentingan rakyat. Politik direduksi dari aktivitas komunikatif yang melibatkan oposisi politik menjadi aktivitas monologis yang melumpuhkan musuh politik. Rezim otoriter tidak berkomunikasi dengan rakyat, oposisi demokratis, dan bahkan mungkin diantara mereka sendiri. Mereka mereduksi politik sebagai permainan kalah-menang. Mereka terus-menerus berusaha membungkam gerakan oposisi demokratis karena dianggap sebagai musuh yang berpotensi mengalahkan permainan politik mereka.
Rezim otoriter berdiri di atas pondasi pasir....Gerakan oposisi demokratis, sebagaimana diperjuangkan Aung San Suu Kyi, menempatkan rakyat sebagai pondasi batu bagi negara demokrasi. Mereka mengutuk setiap kebijakan politik yang tidak berpihak kepada rakyat. Mereka menganut politik kasih sebagai oposisi terhadap politik senapan. Politik kasih merupakan resistensi aktif terhadap tradisi otoritarianisme yang menyatakan bahwa pemilik senapan memegang kekuasaan. Aung San Suu Kyi mengajak kita untuk menyelesaikan problem negara dengan politik kasih, bukan politik senapan....
....Aung San Suu Kyi dalam Letters from Burma (1997) mendeteksi meredupnya kepercayaan dan hormat rakyat dalam hidup berpolitik. Rezim militer melarang lahirnya oposisi dan tumbuhnya komunikasi politik. Dalam sebuah demonstrasi massal pada tahun 1988 seorang mahasiswa melakukan tindakan simbolik dengan mencium lars sepatu tentara yang mencegat aksi oposisi demokratis. Aung San Suu Kyi senantiasa menyongsong militer yang mulai melakukan tindak kekerasan untuk menanyakan alasan aksi represif mereka. Aksi politik simbolik itu menggugat relasi subordinatif yang hendak dipaksaan rezim otoriter. Pembelotan perwira junta militer yang menolak melakukan pembunuhan politik terhadap bhiksu dan rakyat yang melakukan demonstrasi pantas kita baca dari perspsektif ini (KOMPAS, 4/10/2007).
Artikel: Mutiara Andalas, Politik Kasih (2007)
Foto: Aung San Suu Kyi,Letters from Burma (1997), 154
No comments:
Post a Comment