sumber dokumentasi: img.dailymail.co.uk/.../temperREX_468x559.jpg
Beberapa waktu lalu, saya mendapat telpon dari pasangan suami istri yang beberapa bulan lalu menerima sakramen perkawinan. Saya kenal dengan mereka karena saya menjadi saksi resmi Gereja dalam hajatan suci itu. Saya cemas jangan-jangan sesuatu terjadi dengan suami istri belia ini. Maklum mereka berdua datang kepada saya dengan berurai air mata.
Ternyata bukan mereka yang bermasalah, tetapi orang tua salah satu dari keluarga muda itu.
"Ibu beberapa waktu lalu menelpon saya. Ia mengatakan bahwa ia sedang memikirkan
secara serius untuk bercerai dari ayah. Katanya, sudah tidak ada cinta lagi
diantara mereka selama puluhan tahun.
Ia "terpaksa" hidup satu atap dengan
suaminya karena ia ingin melihat semua anaknya menikah dan membangun keluarga
baru. Setelah semua anaknya menikah, ibunya merasa punya kesempatan untuk
berpisah dengan suaminya." Papa dan Mama pernah sama-sama berbuat kesalahan dalam hidup bersama dan mereka tidak bisa saling mengampuni.
suaminya karena ia ingin melihat semua anaknya menikah dan membangun keluarga
baru. Setelah semua anaknya menikah, ibunya merasa punya kesempatan untuk
berpisah dengan suaminya." Papa dan Mama pernah sama-sama berbuat kesalahan dalam hidup bersama dan mereka tidak bisa saling mengampuni.
Pengampunan adalah sisi kasih yang sering terlupakan. Saya pernah berjumpa dengan pasangan yang sudah puluhan tahun merajut hidup bersama.
Hidup berkeluarga bagi kami adalah kisah dari satu pengampunan ke satu
pengampunan yang lain. 'Kasih'saja tak cukup untuk membangun hidup perkawinan.
Ada sisi di balik kasih yang harus ada: pengampunan.
Pasangan lain pernah memberikan sharing mengenai sulitnya menemukan pengampunan dari pasangan hidup.
Menemukan pasangan yang mengampuni seringkali lebih sulit daripada menemukan
sosok Allah yang berbelas kasih.
1 comment:
Bagaimana pun juga yang namanya "berpisah" itu, sangat menyakitkan. Baik untuk masing-masing pasangan juga efek ke anak2 yang harus melihatnya.
Post a Comment