
Ibu saya suka sekali memasak. Sampai-sampai ia suka mencatat kalau ada program memasak di televisi. Hari-hari berikutnya kami, anak-anaknya mendapat menu spesial karena ketika pulang sekolah catatan-catatan masakan itu telah telah ada di meja dalam bentuk makanan.
Setiap kali memasak, ibu saya hampir selalu memasak dalam jumlah ekstra. Setelah selesai, ia langsung menyisihkan ekstra makanan itu ke dalam rantang-rantang. Ia lalu memanggil kami anak-anaknya untuk pergi ke rumah tetangga dekat dan menyerahkan rantang-rantang berisi makanan itu.
Sebagai anak, ritual mengirim makanan kepada tetangga itu tak jarang menimbulkan pertanyaan.
"Mengapa? Karena diberikan ke tetangga, yang di atas meja makan seringkali hanya cukup. Padahal kita masih mau tambah makan lagi dan lagi."
Biasanya ibu saya hanya tersenyum saja. Ia jarang memberikan jawaban atas rasa penasaran saya. Kadang ia hanya memberikan jawaban pendek-pendek sambil membusai rambut saya.
"Kalau kita menuruti keinginan mulut, kita tidak akan pernah merasa cukup."
Suatu kali, saat saya mengulangi pertanyaan saya, ia mengajak saya berdiri di teras rumah.
"Rumah-rumah di kompleks perumahan ini sebenarnya terkait satu sama lain. Ada tali yang menghubungkan rumah satu dengan rumah yang lainnya. Tali itu tipis sekali dan kita harus menjaganya dengan sangat hati-hati agar kita tak memutuskannya. Sekali putus, kita sulit sekali menalikannya kembali."
"Apa hubungannya dengan rantang makanan?"
"Rantang makanan itu mengingatkan keluarga kita bahwa hidup kita terkait dengan hidup mereka yang tinggal di sekitar kita."
Sebentar lagi kita yang tinggal di Amerika merayakan thanksgiving day. Silakan liat tetangga sekeliling rumah Anda. Rumah mana yang perlu 'rantang makanan' Anda?
Sumber dokumentasi:
warunglele.com
Sumber dokumentasi:
warunglele.com
No comments:
Post a Comment