Kuasa Kata: Menyapa

Saya pada awalnya mendesain blog ini sebagai gudang penyimpanan tulisan. Saya kemudian mengalihkan fungsinya sebagai ruang kemanusiaan. Layaknya seorang photografer, saya membingkai berbagai kehidupan manusia dalam beragam frame. Blog ini menawarkan senyuman, tetapi sekaligus air mata kehidupan.
Semoga setiap nama dan peristiwa dalam blog ini menyapa hidup pembaca. Kata yang baik memiliki kuasa untuk menyapa.

Mutiara Andalas, S.J.


Friday, November 9, 2007

Slow Down



Hari ini saya janjian ketemu seorang teman di San Francisco. Seperti biasa, saya berjalan lumayan cepat-cepat menuruni bukit. Tapi jalan mulai lambat setelah memasuki kampus UC Berkeley. Selalu saja ada yang menarik perhatian saya di kampus ini.
Jalan saya mulai cepat lagi, bahkan setengah berlari, ketika mendekati BART (Bay Area Rapid Transit station. Uang dan karcis BART lama sudah dikeluarkan ketika turun melalui lift menuju loket. Ketika terdengar suara kereta, saya akhirnya berlari dan buru-buru memasukkan uang ke loket karcis, segera memasukkan tiket, dan berlari menuruni tangga.

Nah, ketika menuruni tangga, ada seorang ibu-ibu tua sedang susah payah menaiki tangga. Di belakangnya ada seorang muda mengangkut sebuah tas yang lumayan berat. Saya berhenti mendadak dari menuruni tangga. Saya ingin tahu kisah akhir ibu di tangga itu. Setelah lumayan susah terjalan, ia akhirnya sampai juga di atas. Ia mangambil nafas dalam-dalam sambil tersenyum. Mungkin ia tahu saya memperhatikan dia. Anak muda itu membuntuti di belakang perempuan itu. Ia lalu menyerahkan tas itu kepada perempuan itu. Ibu itu berterima kasih karena "teman tak dikenal" yang sama-sama keluar dari BART itu dengan senang hati membawakan tasnya sampai ke atas.

Setelah itu, saya turun pelan-pelan saja menuruni tangga. Saya jadi sadar.
Kalau hidup kita tergesa-gesa, ada banyak peristiwa penting yang terlewat dalam
hidup kita.
Seperti setiap kali melintasi kampus Berkeley, kalau kita mau slow down, ada banyak peristiwa yang tersingkap pada kita.

Dua foto di atas adalah salah satu buktinya. Baru kali ini saya melihat menara Berkeley di balik rerimbunan pohon. Mbak-mbak di San Francisco ini nggak sabar menunggu buka toko.

No comments: