Kuasa Kata: Menyapa

Saya pada awalnya mendesain blog ini sebagai gudang penyimpanan tulisan. Saya kemudian mengalihkan fungsinya sebagai ruang kemanusiaan. Layaknya seorang photografer, saya membingkai berbagai kehidupan manusia dalam beragam frame. Blog ini menawarkan senyuman, tetapi sekaligus air mata kehidupan.
Semoga setiap nama dan peristiwa dalam blog ini menyapa hidup pembaca. Kata yang baik memiliki kuasa untuk menyapa.

Mutiara Andalas, S.J.


Saturday, December 8, 2007

Air Kehidupan


Resep Kebahagiaan

Pagi ini, sambil mengerjakan paper kuliah, saya mendengarkan kuliah pagi Deeprak Chopra. Ia bicara tentang Happiness Prescription. Salah satu resep yang masih teringat pada saya, "Kebahagiaan tidak ditentukan oleh pengakuan orang-orang di sekitar kita."
Waktu masih kanak-kanak, keluarga kami tinggal di kawasan perumahan yang dari ukuran strata ekonomi lumayan baik. Rumah dalam kawasan kami memiliki model sama pada awalnya. Kemudian setiap rumah mulai bongkar pasang rumah atau menambah asesori sehingga berbeda dari yang lain.
Ibu saya yang tinggal di rumah sangat teliti memperhatikan perubahan setiap rumah di sekitar kami. Ia tak jarang tergoda juga untuk melakukan berbagai renovasi seperti dilakukan tetangga sekitar. Ia suka bercerita kepada ayah saya mengenai berbagai kemungkinan renovasi rumah dalam benaknya.
Lama-lama berbagai ide untuk 'upgrade' rumah itu jarang keluar dari bibirnya. Kami, anak-anaknya, sering berkata,
"Betapa bahagianya kalau kita hidup seperti tetangga kita."
Lalu kami menyebut barang ini atau itu yang tidak ada di rumah kami.
Seperti biasanya ia banyak mendengarkan kami dan setelah kami selesai bicara ia memandang kami lama, lalu mengingatkan hidup keluarga kami.
"Kalian tentu masih ingat saat ayahmu diberhentikan paksa dari pekerjaan karena tuduhan berkomplot dalam tindak korupsi. Kita pernah hidup bercahayakan lilin selama berhari-hari. Hidup seolah penuh tunggakan hutang. Kita berbagi sabun mandi yang cuma satu hingga busa yang terakhir."
"Saya pernah merasa malu dengan keadaan keluarga kita. Kami pernah marah pada kalian karena tak dapat memberikan kebahagian kepada kami seperti orang tua teman-teman lain."
"Masih ingat jawaban ibu dalam saat-saat sulit itu?"
"Saya selalu mengenangnya."
"Awalilah hidupmu dengan berbahagia karena ibu masih bisa menyediakan sepiring nasi di atas meja makan pagi ini."

Sumber dokumentasi:
www.prweb.com/releases/2007/6/prweb533009.htm

No comments: