Kuasa Kata: Menyapa

Saya pada awalnya mendesain blog ini sebagai gudang penyimpanan tulisan. Saya kemudian mengalihkan fungsinya sebagai ruang kemanusiaan. Layaknya seorang photografer, saya membingkai berbagai kehidupan manusia dalam beragam frame. Blog ini menawarkan senyuman, tetapi sekaligus air mata kehidupan.
Semoga setiap nama dan peristiwa dalam blog ini menyapa hidup pembaca. Kata yang baik memiliki kuasa untuk menyapa.

Mutiara Andalas, S.J.


Monday, January 14, 2008

Kuasa Air Mata

Polling politik di New Hampshire memberikan ramalan bahwa Barack Obama akan mengulangi kesuksesannya di Iowa. John Edwards datang kepercayaan diri tinggi karena ia menduduki posisi kedua dalam jajak pendapat di tempat yang sama.
Hillary Clinton, sebaliknya datang ke New Hampshire, mencoba mencari tahu alasan publik kurang mendukung kampanye politiknya di Iowa. Dalam debat dia diserang habis-habisan oleh lawan-lawan politiknya dari program hingga ke likability. Tapi justru di sini, ia menemukan hakekat politik.
Saat 'pencerahan' politik itu muncul ketika ia berdialog di luar ruang debat. Hillary mampir ke sebuah kafetaria dan membuka diri kepada warga New Hamspshire untuk menguji kredibilitas politiknya. Seorang ibu mengajukan pertanyaan yang membuat Hillary Clinton berhenti lama untuk menjawabnya, "Mengapa Engkau ada di ruang debat presiden ini?"
"Pemilu bukan sebuah permainan politik di ruang publik. Ia berkaitan dengan orang yang bergumul dengan pendidikan, kesehatan, perang, dan sebagainya." Saya tegas dan bahkan mencucurkan air mata karena saya peduli dengan orang-orang yang saya jumpai di sini.
Sebagaian media dan politikus komunikasi menafsirkan air matanya sebagai air mata politik.
Tetapi mereka yang duduk di kafe itu dan yang melihat tayangan itu bisa menangkap di pelupuk air mata Hillary Clinton ada jutaan warga yang dibelanya. Likability kehilangan kuasanya, sementara air mata menunjukkan kuasanya.

Sumber dokumentasi:
http://images.forbes.com/media/lists/11/2006/DFBA.jpg

2 comments:

Jennie S. Bev said...

Bagus sekali artikel ini, Mo. Hillary sebagai seorang politikus tidak akan pernah terlepas dari humanisme di dalam dirinya.

Mutiara Andalas said...

Boleh juga tuch untuk inspirasi buku ya...