"Lalu kalau kamu terlambat haid bagaimana?"
"Gampang sekali. Saya tinggal telpon dokter aborsi untuk membuat janjian ketemu." Beberapa kali ia datang ke dokter aborsi begitu ia mengetahui bahwa ia terlambat haid. "Saya dulu membayangkan saya harus menahan sakit ketika aborsi berlangsung. Ternyata tidak sama sekali. Saya masuk ruangan selama kurang lebih 15 menit dan begitu keluar ruangan saya dapat melaksanakan aktivitas rutin saya tanpa gangguan."
Sahabat saya geleng-geleng kepala karena ia dapat mengisahkannya secara ringan. Tak ada rasa bersalah sedikit pun.
Rekan kerjanya itu belum lama membeli anjing baru. Ia dan anak-anak sangat mengasihi anjing itu. Suatu kali, ia mendapat telpon dari anak-anaknya bahwa anjingnya tiba-tiba sakit. Ia langsung minta izin atasan untuk pulang ke rumah dan meminta izin cuti untuk membawa anjingnya ke dokter. Anjingnya ternyata terlambat mendapatkan perawatan dan mati.
Hari berikutnya ia datang ke kantor dengan muka sembab.
"Kami sekeluarga berduka karena kematian anjing kami. Kami sangat kehilangan anjing itu karena ia sudah menjadi anggota keluarga. Kemarin kami sekeluarga memberikan penghormatan istimewa saat tubuhnya dikebumikan di belakang rumah. Kami menaruh beragam bunga dan mendaraskan doa di dekat makamnya."
Sahabat saya lama memandang rekannya dan mengajukan pertanyaan dalam hatinya
"Sebegitu berhargakah anjing itu buat dia sehingga mengalahkan nilai kehidupan janin yang digugurkannya?"
http://www.savvy-dog-lovers.com/wordpress/wp-content/uploads/2006/10/Puppy.JPG
"Gampang sekali. Saya tinggal telpon dokter aborsi untuk membuat janjian ketemu." Beberapa kali ia datang ke dokter aborsi begitu ia mengetahui bahwa ia terlambat haid. "Saya dulu membayangkan saya harus menahan sakit ketika aborsi berlangsung. Ternyata tidak sama sekali. Saya masuk ruangan selama kurang lebih 15 menit dan begitu keluar ruangan saya dapat melaksanakan aktivitas rutin saya tanpa gangguan."
Sahabat saya geleng-geleng kepala karena ia dapat mengisahkannya secara ringan. Tak ada rasa bersalah sedikit pun.
Rekan kerjanya itu belum lama membeli anjing baru. Ia dan anak-anak sangat mengasihi anjing itu. Suatu kali, ia mendapat telpon dari anak-anaknya bahwa anjingnya tiba-tiba sakit. Ia langsung minta izin atasan untuk pulang ke rumah dan meminta izin cuti untuk membawa anjingnya ke dokter. Anjingnya ternyata terlambat mendapatkan perawatan dan mati.
Hari berikutnya ia datang ke kantor dengan muka sembab.
"Kami sekeluarga berduka karena kematian anjing kami. Kami sangat kehilangan anjing itu karena ia sudah menjadi anggota keluarga. Kemarin kami sekeluarga memberikan penghormatan istimewa saat tubuhnya dikebumikan di belakang rumah. Kami menaruh beragam bunga dan mendaraskan doa di dekat makamnya."
Sahabat saya lama memandang rekannya dan mengajukan pertanyaan dalam hatinya
"Sebegitu berhargakah anjing itu buat dia sehingga mengalahkan nilai kehidupan janin yang digugurkannya?"
http://www.savvy-dog-lovers.com/wordpress/wp-content/uploads/2006/10/Puppy.JPG
2 comments:
Well, untuk ini saya sangat berterima kasih kepada Ibunda saya. :) Saya pernah membaca, "As an aborted fetus I have already forgiven my mother." Begitu selesai membacanya, langsung air mata berlinang. Yang bicara demikian adalah sang janin yang menjadi "malaikat pelindung" ibundanya di surga.
God bless all aborted children and forgive those mothers who didn't know what they have done.
Jadi inget mahasiswi saya yang suatu ketika datang ke kantor, "saya mau pelihara janin dalam rahim saya, Mo."
Post a Comment