Hadapi dengan Senyum
Seorang laki-laki berjalan setengah berlari mengejar bus kota. Pada saat yang sama seorang laki-laki lain keluar dari kantornya dengan tergesa-gesa. Mereka bertabrakan dan dua-duanya terjatuh karena tak dapat menjaga keseimbangan tubuh mereka.
Sambil mengumpulkan berkas-berkas yang berserakan di tanah, laki-laki yang keluar dari kantor itu mengumpat,
“Anjrit. Matamu ditaruh dimana? Kalau lagi jalan, mata Eloe jangan gentayangan kemana-mana.”
Sambil membersihkan luka-luka lecet ringan di tangannya, laki-laki yang lain menanggapi umpatan dengan tersenyum,
“Sahabat, aku tak tahu siapa yang harus dipersalahkan dengan tabrakan tak sengaja ini. Saya tidak memiliki waktu panjang untuk mengusutnya. Jika saya menabrak Saudara, saya saya mohon Anda berkenan memaafkan saya. Jika ternyata Saudara menabrak saya, saya berharap Saudara tidak memperpanjang kasus kecil ini.”
Setelah berkata demikian, dengan seulas senyum, ia mohon diri dari laki-laki yang masih berdiri mematung itu menuju halte bus.[1]
No comments:
Post a Comment