Mobil Baru
Sebuah perusahaan asuransi meminta seorang kliennya untuk memerikan situasi kecelakaan kendaraan yang dialaminya. Klien itu berkali-kali menggelengkan kepalanya seakan tak percaya dengan kecelakaan mobil tersebut.
“Saya nggak bisa cerita lebih lanjut. Kita saling menabrak pada saat yang sama.”
Kasus demikian tak terjadi pada Anita. Saat mengendarai mobil barunya, ia mengambil belokan keliru.
“Brak!“
Mobil barunya menabrak sebuah truk dan ringsek.
Anita gemetaran mendekati pengendara truk yang juga terkejut dengan kecelakaan tak terduga itu. kaget dengan kecelakaan itu, dan meminta maaf atas kerusakan mobilnya.
“Saya mohon maaf atas kerusakan akibat kecelakaan. Saya akan mengurus surat-surat yang diperlukan untuk tindakan hukum.”
Saat bicara dengan pengemudi truk itu, pikiran Anita melayang sejenak pada Daniel, suaminya. Tubuhnya seketika gemetar. Mobil itu belum berusia dua minggu di jalan raya.
“Bagaimana aku harus bicara pada Daniel? Apakah ia akan marah kalau ia mengaku bahwa kecelakaan itu terjadi karena kesalahannya?”
Anita berusaha mengambil dokumen-dokumen penting di laci mobilnya. Saat ia mengeluarkan dokumen-dokumen itu, secarik kertas yang terselip di dalamnya jatuh.
Anita mengenali tulisan khas suaminya. Ia membaca pesan dan seketika tubuh gemetarnya berubah menjadi cucuran air mata. Nafasnya berangsur-angsur teratur dan seulas senyum tersungging.
"Anita, isteriku, jika kamu mengalami kecelakaan, ingatlah bahwa Aku mencintai Engkau, bukan mobil ini. Tertanda suamimu terkasih, Daniel.”[1]
No comments:
Post a Comment