Kuasa Kata: Menyapa

Saya pada awalnya mendesain blog ini sebagai gudang penyimpanan tulisan. Saya kemudian mengalihkan fungsinya sebagai ruang kemanusiaan. Layaknya seorang photografer, saya membingkai berbagai kehidupan manusia dalam beragam frame. Blog ini menawarkan senyuman, tetapi sekaligus air mata kehidupan.
Semoga setiap nama dan peristiwa dalam blog ini menyapa hidup pembaca. Kata yang baik memiliki kuasa untuk menyapa.

Mutiara Andalas, S.J.


Monday, February 11, 2008

Pitoli dan Alm. Soeharto




PITOLI:
“Yang saya dengar dari omongan para tetangga adalah Suharto telah meninggal dunia” ucap Pitoli dengan aksen Betawi yang medok. Kerut-merut diwajahnya menandakan dia adalah manula dan lelaki tua tersebut sering terlihat mengumpulkan sisa-sisa bambu dan kayu dari puing-puing di sekitar sebuah kompleks perumahan---di pinggiran kota Jakarta -- yang sedang mengadakan pembangunan. “Lumayan, kayu-kayu dan bambu ini bisa dipakai untuk memasak selama tiga hari” ujarnya di suatu pagi ketika dia sedang giat dengan pekerjaan memunguti kayu dan bambu yang tercecer. Boleh jadi Pitoli tak memahami siapa Suharto yang kematiannya menjadi bahan berita banyak orang. Dia pun tidak ingat bahwa Suharto pernah sangat berkuasa di negeri ini, seperti halnya dia pun lupa ketika ditanya berapa umurnya. Namun demikian Pitoli mengaku masih dengan jelas ingat bahwa dia tidak perlu mencari kayu-kayu bakar untuk memasak waktu dia muda dulu. “Sekarang minyak tanah susah didapat, kalaupun diwarung ada, itupun dijual dengan harga mahal. Saya dan istri tak mampu lagi membeli minyak tanah untuk memasak” demikian alasan yang disampaikan Pitoli saat ditanya mengapa sekarang ini dia mesti bersusah-payah mencari kayu-kayu dan bambu-bambu dari tumpukan puing-puing --- sisa pembangunan rumah-rumah mewah yang menyita lahan-lahan perladangan didekat perkampungan tempat dia tinggal.

No comments: