Kuasa Kata: Menyapa

Saya pada awalnya mendesain blog ini sebagai gudang penyimpanan tulisan. Saya kemudian mengalihkan fungsinya sebagai ruang kemanusiaan. Layaknya seorang photografer, saya membingkai berbagai kehidupan manusia dalam beragam frame. Blog ini menawarkan senyuman, tetapi sekaligus air mata kehidupan.
Semoga setiap nama dan peristiwa dalam blog ini menyapa hidup pembaca. Kata yang baik memiliki kuasa untuk menyapa.

Mutiara Andalas, S.J.


Monday, February 25, 2008

Tuhan Meraih Tanganku

Tuhan Meraih Tanganku

Seorang tante lansia dalam sebuah seminar rohani memberikan kesaksian,
"Saya memiliki rasa sakit yang terpendam dalam kehidupan saya. Tak ada seorang pun, entah itu psikolog atau pastor yang mampu menyembuhkannya. Bahkan, pengampunan Tuhan pun tak akan mampu sampai ke sumber rasa sakit itu."
"Penderitaannya sangat dalam," kata saya dalam hati saat itu.
Suatu ketika saya jalan-jalan ke sebuah pasar lokal. Pandangan saya tertumbuk pada seorang mami muda yang sedang pergi ke pasar dengan puteri kecilnya. Saya melihat tangan keduanya yang saling berpegangan.
"Saya aja yang pegang tangan mami," kata puteri kecil itu.
Tangannya berusaha menggenggam tangan ibunya. Ia susah payah berhasil menggenggam tangan maminya. Namun para pengunjung pasar yang berjubel dan berdesak-desakkan membuat pegangan tangan anak itu berkali-kali terlepas dari maminya.
Kemudian, terjadi adegan pindah pegang tangan..
Mami itu memegang tangan anaknya yang mungil. Pegangan tangan maminya yang kuat namun lembut itu tak pernah lepas memegang anaknya meski pengunjung pasar saling berjubel di sekitar mereka.
Kejadian di pasar menawarkan jawaban alternatif terhadap kesaksian tante itu.
"Kita seringkali jatuh dalam kesombongan dengan menyatakan bahwa Tuhan yang Maha Pengampun tak mampu menyentuh luka-luka hidup kita."
"Pengampunan Tuhan itu seperti tangan mami yang memegang tangan puterinya. Tuhan dapat membasuh luka-luka hidup kita karena kita membiarkan Tuhan menyentuh luka-luka hidup kita."

2 comments:

Anonymous said...

Seperti jejak-jejak kaki di pasir. Ada kalanya kita merasa bahwa Tuhan menjauh atau kita meragukan pertolonganNya. Padahal saat kita lemah justru kita lebih dekat dengan Tuhan dan ketika kita melihat jejak kaki itu tinggal sepasang saja, ingatlah bahwa Tuhan sedang menggendong kita :)

Mutiara Andalas said...

wah.... sudah sampai di situ bacanya? Cepat sekali...
Great connection....