Kuasa Kata: Menyapa

Saya pada awalnya mendesain blog ini sebagai gudang penyimpanan tulisan. Saya kemudian mengalihkan fungsinya sebagai ruang kemanusiaan. Layaknya seorang photografer, saya membingkai berbagai kehidupan manusia dalam beragam frame. Blog ini menawarkan senyuman, tetapi sekaligus air mata kehidupan.
Semoga setiap nama dan peristiwa dalam blog ini menyapa hidup pembaca. Kata yang baik memiliki kuasa untuk menyapa.

Mutiara Andalas, S.J.


Monday, March 3, 2008

Hadapi dengan Senyum

Hadapi dengan Senyum

Seorang laki-laki berjalan setengah berlari mengejar bus kota. Pada saat yang sama seorang laki-laki lain keluar dari kantornya dengan tergesa-gesa. Mereka bertabrakan dan dua-duanya terjatuh karena tak dapat menjaga keseimbangan tubuh mereka.

Sambil mengumpulkan berkas-berkas yang berserakan di tanah, laki-laki yang keluar dari kantor itu mengumpat,

Anjrit. Matamu ditaruh dimana?

Kalau lagi jalan,

mata jangan dibiarkan

bergentayangan kemana-mana.”

Sambil membersihkan luka-luka lecet ringan di tangannya, laki-laki yang lain menanggapi umpatan dengan tersenyum,

“Sahabat, aku tak tahu

siapa yang harus dipersalahkan

dengan tabrakan tak sengaja ini.

Saya tidak memiliki waktu panjang

untuk mengusutnya.

Jika saya menabrak Saudara,

saya mohon

Anda berkenan memaafkan saya.

Jika ternyata Saudara menabrak saya,

saya berharap

Saudara tidak memperpanjang kasus kecil ini.”

Setelah berkata demikian, dengan seulas senyum, ia mohon diri menuju halte bus.

Laki-laki yang mengumpat itu masih berdiri mematung di tempatnya.[1]


[1] Disadur dari Hedwig Lewis, S.J., Mirrors of Life (Gujarat: Gujarat Sahitya Prakash, 1998).

No comments: