Lemparan Terakhir
Sore tadi saya menyaksikan pertandingan bola basket di sebuah SMU. Pertandingan hingga paruh pertandingan nampaknya akan berakhir dengan kemenangan tim Biru. Mereka memiliki dua pemain andalan yang berkali-kali menampilkan aksi individu yang mengundang decak kagum dengan gocekan bola dan lemparan tiga angkanya. Tiga pemain lainnya lebih berfungsi sebagai pemasok bola kepada mereka.
Tim Merah, meski memiliki satu pemain bintang, bahu-membahu mengejar ketinggalan. Pada akhir babak ketiga selisih angka mereka hanya terpaut satu lemparan tiga angka.
Memasuki babak terakhir, dua pemain andalan tim Biru menurun staminanya dan banyak lemparan gagal masuk jaring. Sementara tim Merah menyusul ketinggalan, menyamakan kedudukan, dan untuk pertama kalinya mengguguli angka lawannya.
Pelatih tim Biru memberikan instruksi kepada dua pemain andalannya untuk melakukan lemparan tiga angka dan meminta ketiga pemain lainnya untuk lebih rajin menghadang pergerakan tim lawan.
Dalam sebuah kesempatan, salah seorang pemain yang biasa mengumpan melihat rekan timnya yang andalan mendapat penjagaan sangat ketat. Ia nampak ragu beberapa saat dan dengan sedikit gemetar ia melakukan lemparan tiga angka.
Bles! Bola meluncur sempurna ke dalam jaring. Para pendukung tim Biru serempak melompat dari tempat duduk mereka. Skor pertandingan berimbang.
Kegembiraan tim Biru hanya berlangsung sesaat karena tim Merah berhasil melakukan lemparan tiga angka beberapa detik kemudian. Kedua tim silih berganti memimpin pertandingan. Hingga 10 detik terakhir, tim Merah masih unggul satu bola.
Pelatih tim Biru meminta waktu jeda untuk lemparan terakhir. Tiga pemain akan berperan sebagai pengumpan dan dua pemain andalan akan melakukan lemparan terakhir. Saat peluit berbunyi dua pemain bintang mereka mendapat penjagaan ekstra ketat. Pemain yang tadi mencetak lemparan tiga angka paling memiliki kesempatan untuk melakukan lemparan terakhir.
Namun pelatih berteriak keras memintanya mengumpan bola ke dua pemain bintangnya. Bola yang sudah siap dilempar ke jaring itu akhirnya beralih tangan ke salah satu pemain bintang yang berkali-kali berhasil melemparkan tembakan tiga angka. Ia berhasil mengelabuhi blokade tim Merah dengan gerakan atraktif dan dalam posisi yang sangat sulit berhasil melemparkan bola menuju jaring. Bola hanya menyentuh tipis tangan salah seorang pemain bertahan tim Merah.
Bola basket berputar-putar di pinggir jaring. Pendukung tim Biru berdiri serentak. Sebagian menutup mata dalam posisi berdoa mengharapkan lemparan terakhir kemenangan. Peluit usai pertandingan berbunyi, dan pada saat yang sama bola bergerak keluar dari bibir jaring.
No comments:
Post a Comment