Kuasa Kata: Menyapa

Saya pada awalnya mendesain blog ini sebagai gudang penyimpanan tulisan. Saya kemudian mengalihkan fungsinya sebagai ruang kemanusiaan. Layaknya seorang photografer, saya membingkai berbagai kehidupan manusia dalam beragam frame. Blog ini menawarkan senyuman, tetapi sekaligus air mata kehidupan.
Semoga setiap nama dan peristiwa dalam blog ini menyapa hidup pembaca. Kata yang baik memiliki kuasa untuk menyapa.

Mutiara Andalas, S.J.


Wednesday, March 19, 2008

Suka Duka Kasih


Pak Suyatno 58 tahun mengisi keseharian hidupnya dengan merawat istrinya yang sakit. Mereka telah hidup sebagai suami isteri selama 32 tahun dan menerima karunia empat orang anak. Setelah melahirkan anak keempat, kaki istrinya tiba-tiba menderita kelumpuhan. Penderitaannya bertambah karena kemudian seluruh tubuhnya seolah tak bertulang lagi dan ia tidak dapat menggerakkan lidahnya.
Setiap hari pak Suyatno memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi, dan mengangkat istrinya ke tempat tidur. Sebelum berangkat kerja, suaminya membawa istrinya di depan televisi untuk mengusir kesendirian. Siang hari ia pulang untuk menyuapi istrinya dan sorenya ia memandikan dan mengganti pakaian istrinya. Selepas maghrib ia menemani istrinya menonton televisi sambil mengisahkan kehidupannya hari itu.
Istrinya hanya dapat memandang, namun itu lebih dari cukup untuk Suyatno.
"Pak kami ingin sekali merawat ibu, semenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu tidak ada sedikit pun keluhan keluar dari bibir bapak."
"Kehadiran ibu kalian di sampingku sudah cukup. Saya tidak menginginkan yang lain selain berada di sampingnya."
Suatu ketika sebuah stasiun televisi mengundang bapak Suyatno sebagai nara sumber.

"Apa yang membuat pernikahan dapat bertahan selama 25 tahun dengan tugas tambahan merawat istri Anda yang sakit?"

"Saya menjunjung tinggi keagungan kasih perkawinan. Saat ia sehat, ia merawat saya dengan kasihnya. Ia sakit karena berkorban demi kehidupan anak kami. Sakitnya menguji komitmen saya untuk tetap mengasihinya dalam suka dan duka"

6 comments:

Anonymous said...

Wowwww, sangat menyentuh sekali ceritanya......

Mutiara Andalas said...

saya yang edit cerita ikut gemeteran... very very very touching...

Anonymous said...

Boleh dikumpulkan bapak-bapak yang termasuk kategori spt ini, biar diberi penghargaan......
Kalau fondasi perkawinan didasarkan cinta dan kasih yang kuat, bisa mengatasi segalanya, tul/engga?

Jennie S. Bev said...

Ibu2nya juga dong. :)
God bless those kind of people.
May God grant me such strength and attitude.

Anonymous said...

Kalau ibu-ibu sih jangan diragukan lagi, justru para bapak2 yang spt ini susah dicari di jaman sekarang ini....

Anonymous said...

saya dihitung ibu atau bapak ya?