Beberapa hari lalu saya jalan-jalan hingga larut malam. Sambil menunggu bus malam lewat, saya mencari-cari uang kecil di dalam dompet.
"Wah, uang kecilnya tak cukup.'
Saya mulai tengok kiri-kanan kalau-kalau ada toko yang masih buka.
Semua toko kecil sudah tutup.
Akhirnya saya melihat-lihat uang terkecil dalam dompet.
"2o dollar. Sayang juga kalau naik bus yang cuma 2 dollar dibayar dengan 20 dollar. Naik bus di sini tak menyedikan uang kembali."
"Nggak papa lah. Hitung-hitung nambah pendapatan bus kota."
Tak beberapa lama halte bus memberi tanda bahwa bus dalam hitungan menit akan lewat.
Saat bus berhenti di halte, saya bergegas memasuki bus dan tangan saya mengulurkan uang ke dalam kotak karcis.
"Tunggu dulu."
Supir yang merangkap kondektur bus itu menahan menutup kotak karcis sehingga uang saya tak jadi masuk."Kamu hendak membayar dengan uang 20 dollar? Kami tak menyediakan uang kembalian."
"Tidak apa-apa. Saya butuh naik bus karena hari sudah malam."
Saya menoleh ke dalam bus. Hanya seorang penumpang perempuan di situ.
"Ya udah. Naik aja. Gratis."
Mata saya terbelalak.
Ia tersenyum manis.
"Jangan kuatir. Gratis saudara."
Kuasa Kata: Menyapa
Saya pada awalnya mendesain blog ini sebagai gudang penyimpanan tulisan. Saya kemudian mengalihkan fungsinya sebagai ruang kemanusiaan. Layaknya seorang photografer, saya membingkai berbagai kehidupan manusia dalam beragam frame. Blog ini menawarkan senyuman, tetapi sekaligus air mata kehidupan.
Semoga setiap nama dan peristiwa dalam blog ini menyapa hidup pembaca. Kata yang baik memiliki kuasa untuk menyapa.
Mutiara Andalas, S.J.
Sunday, May 25, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment